kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Mulia berharap bisnis kaca mengkilat


Rabu, 17 Februari 2016 / 13:05 WIB
Mulia berharap bisnis kaca mengkilat


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTa. PT Mulia Industrindo Tbk menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini 5% . Target tersebut berpatokan pada asumsi pertumbuhan ekonomi 2016 versi pemerintah, yakni sebesar 5,3%.

Sejauh ini, Mulia Industrindo belum mempublikasikan realisasi penjualan tahun 2015. Namun, Direktur Keuangan sekaligus Corporate Secretary PT Mulia Industrindo Tbk Henry Bun menyebutkan, penjualan Mulia Industrindo selama 2015 yang belum diaudit (unaudited) mencapai Rp 5,7 triliun.

Penjualan unaudited tersebut tumbuh 1,24% ketimbang penjualan perusahaan ini sepanjang 2014 yang sebesar Rp 5,63 triliun. Jika mengacu pada hasil unaudited ini dan target pertumbuhan penjualan 5% pada 2016, berarti Mulia Industrindo mengincar penjualan Rp 5,99 triliun.

Tak cuma mengincar pertumbuhan penjualan, Mulia Industrindo juga ingin memperbaiki dua variabel keuangan tahun lalu. Pertama, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi alias EBITDA. Perusahaan itu mencatatkan EBITDA Rp 550 miliar - Rp 560 miliar pada tahun 2015. EBITDA tersebut menyusut jika dibandingkan dengan EBITDA tahun 2014 yang sebesar Rp 862 miliar.

Penyebab EBITDA 2015 menyusut karena tertekan kondisi ekonomi yang tengah lesu. Nah, tahun ini Mulia Industrindo berharap bisa mencatatkan EBITDA Rp 800 miliar - Rp 850 miliar.

Kedua, margin laba. Tahun lalu, Mulia Industrindo menanggung kenaikan harga bahan baku dan gas. Ini terjadi karena harga dua bahan produksi tersebut terpengaruh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Dalam kondisi tertekan tahun lalu, Mulia Industrindo mengaku tak bisa mengompensasi kenaikan beban produksi dengan menaikkan harga jual. Maka dari itu, margin laba tahun 2015 terkoreksi 5%. "Kami harap margin laba 2016, meski angkanya lebih kecil dari 2014, bisa lebih meningkat dibanding 2015," harap Henry.

Andalkan kaca

Mulia Industrindo menumpukan asa perbaikan kinerja tahun 2016 pada bisnis kaca. Asumsi perusahaan itu, pertumbuhan ekonomi 5,3% tadi bisa turut menyeret laju industri manufaktur.

Sebagai produsen kaca lembaran, Mulia Industrindo yakin, laju industri otomotif bisa menguntungkan bisnis mereka. Informasi saja, perusahaan itu melakoni bisnis kaca melalui anak perusahaan bernama PT Muliaglass.

Tak heran, tahun ini Mulia Industrindo memproyeksikan penjualan kaca lembaran bakal menjadi salah satu kontributor utama pendapatan. Kontributor utama lain adalah botol kemasan.

Mengenai pasar, Mulia Industrindo masih mengandalkan pasar domestik. Prediksi perusahaan berkode MLIA di Bursa Efek Indonesia tersebut, pasar dalam negeri akan berkontribusi 80% terhadap total pendapatan. Barulah, 20% sisanya berasal dari penjualan ekspor.

Mulia Industrindo mengklaim sudah menjajakan produk kaca lembaran, kaca blok dan keramik ke Asia, Eropa, Amerika Serikat, Asutralia serta Afrika. Catatan perusahaan itu, pasar Asia mendominasi penjualan ekspor hingga 85%. Pasar Asia, antara lain Korea Selatan, China, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Untuk memuluskan rencana tahun ini, Mulia Industrindo mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 200 miliar - Rp 230 miliar.

Sumber belanja modal tersebut dari kas internal. "Dana belanja modal itu untuk pemeliharaan mesin produksi yang sudah ada untuk tetap bisa berjalan dengan prima," terang Henry.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×