kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.413   -129,00   -0,78%
  • IDX 7.499   -38,93   -0,52%
  • KOMPAS100 1.054   -5,43   -0,51%
  • LQ45 789   -7,73   -0,97%
  • ISSI 255   -1,56   -0,61%
  • IDX30 412   0,10   0,02%
  • IDXHIDIV20 468   0,70   0,15%
  • IDX80 119   -0,76   -0,64%
  • IDXV30 122   0,11   0,09%
  • IDXQ30 131   0,34   0,26%

Multi Indocitra ingin kembali bugar


Jumat, 06 Februari 2015 / 09:00 WIB
Multi Indocitra ingin kembali bugar
ILUSTRASI. Pengendara melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (10/6/2021). Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta berencana mengajukan sumbu filosofi atau garis imajiner Yogyakarta yang menghubungkan Pantai Selatan, Panggung Krapyak, Kraton, Tugu Pal Putih dan Gunung Merapi sebagai warisan budaya dunia tak benda kepada UNESCO. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. PT Multi Indocitra Tbk harus bekerja keras tahun ini. Produsen produk Pigeon itu, ingin memperbaiki kinerja bisnis dengan mengejar target pertumbuhan penjualan 23% sepanjang tahun ini.

Tahun 2014, Multi Indocitra mengaku mencetak penjualan Rp 520 miliar. Jika dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 591,34 miliar, penjualan tahun ini turun sebesar 12,06%. 

Alhasil, hitung punya hitung, tahun ini Multi Indocitra mengejar target penjualan kali sebesar Rp 639,6 miliar. Untuk memenuhi target tersebut,  Multi Indocitra akan menerapkan sejumlah strategi.  Mulai dari lebih serius menggarap pasar kosmetik anti penuaan atau anti aging, menggenjot penjualan aneka produknya di kota-kota besar, serta mencari produk dagangan baru dan menutup pemasaran produk yang tak menjanjikan lagi.

Ihwal bisnis kosmetik anti aging, perusahaan yang tercatat dengan kode saham MICE di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu mengandalkan produk Astalift buatan Fujifilm Holdings Corporation dari Jepang. 

Multi Indocitra optimistis bisa mencuil pasar di tengah persaingan yang sengit.  "Kami menawarkan inovasi teknologi dari Fujifilm yang sudah melewati proses penelitian sehingga aman untuk manusia," beber Franciska Puspa Julia, Marketing Manager Multi Indocitra, Kamis (5/2), berpromosi.

Karena Astalift termasuk produk baru, Multi Indocitra hanya mematok target kontribusi penjualan 2%. Dengan asumsi target penjualan tahun ini Rp 639,6 miliar tadi, berarti target penjualan Astalift adalah Rp 12,79 miliar.

Sejauh ini, Astalif dijajakan di delapan gerai yang berada di mal Jakarta dan Medan. Dalam waktu dekat, perusahaan itu akan menghadirkan satu gerai lagi di Mal Kelapa Gading, Jakarta.

Multi Indocitra sudah melakukan soft launching Astalift akhir tahun 2013. Berbeda dengan Pigeon, Multi Indocitra hanya membeli Astalift dari Fujifilm Holdings dan menjualnya di pasar Indonesia. Keuntungan yang dicuil perusahaan itu adalah dari selisih harga beli dan jual.

Sementara untuk Pigeon, perusahaan itu memproduksinya di bawah lisensi Pigeon Corporation Jepang. Perjanjian itu memungkinkan Multi Indocitra memakai merek Pigeon dengan memberikan royalti 5% atas penjualan produk bermerek Pigeon.

Informasi dalam situs resmi Multi Indocitra menyebutkan, perusahaan itu memiliki pabrik di Cikande, Banten dan Ciawi, Jawa Barat. Sementara laporan keuangan September 2014 menyebutkan dua perusahaan yang memproduksi Pigeon, yakni PT Multielok Cosmetic dan PT Pigeon Indonesia. 

Perusahaan ini akan menggenjot pemasaran Pigeon di kota besar selain Jakarta. Antonius Honoris, Direktur  Multi Indocitra, menyatakan, selama Januari 2015, penjualan Pigeon naik 9%-10% ketimbang Januari 2014. Sayang, dia tak menyebutkan capaian penjualan dalam nilai.

Penjualan lampu distop

Selain mengandalkan produk andalannya selama ini, Multi Indocitra mengaku sedang mempersiapkan satu produk lagi yang juga berasal dari Negeri Sakura. "Kerjasama dengan Jepang enak, sih. A ya A, B ya B. Ada satu produk baru lagi tapi belum bisa disebutkan," ujar Antonius.

Di luar optimisme mengejar target kinerja tahun ini, Multi Indocitra mengabarkan penyusutan jumlah distributor penjualan. Tahun 2014, jumlah distributor penjualan dengan sistem penjualan keagenan, menurun dari 102 distributor menjadi 65 distributor.

Penyebabnya, Multi Indocitra menghentikan penjualan lampu merek Hori. Rupanya, penjualan lampu Hori tak mendatangkan pendapatan yang menjanjikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×