Reporter: Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Tahun depan, pasokan gula di dalam negeri bakal bertambah. Pasalnya, Indonesia kedatangan pabrik gula anyar yang dibangun oleh PT Gendis Multi Manis. Pabrik gula yang berlokasi di Blora, Jawa Tengah ini merupakan pabrik pertama yang dibangun dalam 20 tahun terakhir.
Kamajaya, Direktur Utama Gendis Multi Manis, mengatakan proses uji coba pabrik (commisioning) akan berlangsung pada 20 Desember 2013 mendatang. Proses commisioning ini akan berlangsung selama lima bulan sampai pabrik tersebut beroperasi. "Kami berharap uji coba selesai April 2014, dan mulai giling tebu 20 Mei 2014," kata Kamajaya, Kamis (24/10).
Pabrik gula yang menelan biaya investasi hingga senilai Rp 1,7 triliun ini digadang-gadang untuk menjadi pabrik gula termodern di Indonesia pada saat ini. Maklum, mayoritas pabrik gula di dalam negeri sudah berumur tua dan masih menggunakan teknologi konvensional. Di sisi lain, program revitalisasi pabrik gula yang dijalankan pemerintah juga masih stagnan.
Kamajaya mengklaim, berbeda dengan pabrik gula pada umumnya, PG Gendis Multi mampu memproduksi gula mentah, selain gula kristal pula. Saat ini pabrik gula yang ada hanya mampu memproduksi gula kristal putih.
Berkat kemampuan tersebut, kata Kamajaya, pabrik gula Gendis Multi dapat terus menyerap tebu petani dan lebih besar. Asal tahu saja, selama ini, jika kelebihan suplai tebu, pabrik gula akan menghentikan permintaan tebu. Alhasil, tanaman tebu tak bisa berkesinambungan.
Nah, Gendis Multi akan mengolah kelebihan suplai tebu menjadi gula mentah. Jika suplai tebu berkurang, gula mentah itulah yang akan diproses menjadi gula kristal. Cara ini akan menjaga kelangsungan operasi pabrik sepanjang tahun.
Pabrik gula Gendis Multi awalnya berkapasitas 6.000 ton cane per day (TCD) dan dapat dinaikkan menjadi 10.000 TCD-12.000 TCD. Dengan rendemen tebu minimal 8%, produksi gula pabrik Gendis Multi akan mencapai 50.000 ton per tahun.
Kamajaya mengklaim, pabrik gula ini siap menampung seluruh hasil tebu petani. Selama ini petani tebu di Blora mengirimkan panen tebu ke beberapa pabrik di wilayah luar Blora seperti PG Rejo Agung, PG Trangkil dan PG Pakis Baru. "Jarak lebih dekat, sehingga biaya angkut maksimum Rp 300.000 per truk," kata Kamajaya. Biasanya petani harus mengeluarkan Rp 5 juta untuk satu truk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News