kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pariwisata terciprat kondisi rupiah


Senin, 09 Desember 2013 / 09:55 WIB
Pariwisata terciprat kondisi rupiah
ILUSTRASI. Sinopsis One Piece Red, Film Terbaru yang Resmi Tayang di Bioskop Indonesia September


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang terbaring lemah tidak berimbas buruk ke seluruh bisnis. Sektor pariwisata justru meraup untung di saat rupiah terdepresiasi.

Budi Tirtawisata, Chief Executive Officer Panorama Group, menuturkan, dari salah satu bisnis Panorama, yakni penjualan inbound, atau mendatangkan wisata-wan asing ke Indonesia, justru mendapat berkah di saat rupiah terpuruk. Jumlah wisawatan asing yang datang ke Indonesia lewat Panorama meningkat gara-gara tarif jalan-jalan di Indonesia menjadi semakin murah.

Sebaliknya, dari penjualan outbound atau wisawatan domestik yang berpelesir ke luar negeri, memang terjadi kenaikan harga paket wisata. Namun, kata dia, kondisi ini tidak membawa pengaruh secara signifikan. Konsumen yang sudah membeli tiket outbound pasti akan tetap pergi. "Ini soal inflasi nilai tukar yang melemah. Tidak berpengaruh terhadap bisnis kami," kata dia kepada KONTAN, Jumat (6/12).

Pebisnis yang cukup lama bermain di bisnis pariwisata ini meyakini efek pelemahan kurs rupiah hanya akan terjadi sementara. Budi mengatakan, dengan kurs yang mencapai Rp 12.000, ini kebanyakan wisatawan hanya akan menunda waktu untuk beranjangsana. Tapi pada akhirnya, mereka tetap pergi juga.

Sayang, Budi tidak memerinci besaran dan target pendapatan inbound dan outbound dari Panorama. Termasuk besaran komposisinya.
Stanly Fredik Napoleon Mangindaan, Head of Marketing AirAsiaGo, juga belum melihat penurunan dari sisi transaksi pemesanan hotel baik untuk tujuan domestik maupun manca negara.

Yang jelas, minat masyarakat Indonesia bepergian diprediksi masih cukup tinggi saat liburan Natal dan Tahun Baru nanti. "Trend orang Indonesia adalah last minute booking. Berapa pun harganya mereka pasti tetap pergi," ungkap dia.

Meski beberapa klien hotelnya di Bali dan Jakarta saat ini sudah mengerek tarif sekitar 10%-15%, AirAsiaGo tetap tidak mengalami penurunan transaksi. Bahkan, penjualan tiket pesawat justru mengalami peningkatan.

Namun Stanly belum bisa memastikan apakah hal ini merupakan imbas dari pelemahan rupiah, atau sekadar faktor musim liburan akhir tahun. Ia beralasan, kebanyakan pemesanan sudah dilakukan sejak jauh hari.

Banyak kalangan memprediksi efek pelemahan rupiah akan terlihat ke tingkat kunjungan ke luar negeri. Namun kenyataannya, kata Stanly, pemesanan masih tetap banyak. Yang laris dituju seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong dan Taiwan.

Menurut dia, orang Indonesia yang pelesir ke luar negeri tetap ada. Namun kini kondisinya beralih. Dari yang biasanya rute jarak jauh, seperti ke Eropa atau Amerika, ke jarak pendek, seperti ke negara-negara Asia tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×