kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Pasar Domestik Dibanjiri Impor Aneka Produk Asal China


Kamis, 12 September 2024 / 20:19 WIB
Pasar Domestik Dibanjiri Impor Aneka Produk Asal China
ILUSTRASI. Banjir impor aneka produksi asal China di Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia terus digempur oleh produk-produk manufaktur impor asal China di berbagai sektor industri. Hal ini menimbulkan persaingan yang makin ketat antara merek-merek China dengan merek-merek lain yang eksis di Indonesia.

Merujuk data yang dihimpun Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pusat Statistik (BPS), secara umum impor produk non migas China ke Indonesia tercatat sebesar US$ 38,97 miliar pada Januari-Juli 2024 atau naik 9,68% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selama ini, publik cukup akrab dengan isu maraknya impor produk seperti tekstil, keramik, dan plastik dari China ke Tanah Air. Namun, ternyata impor produk dari China juga merambah ke sektor-sektor industri lainnya.

Misalnya, impor alat berat jenis eksvator dari China dengan kode Harmonized System (HS) 84295900 tercatat sebanyak US$ 3,71 juta pada Januari-Juli 2024 atau naik 10,75% yoy dibandingkan periode sebelumnya. Pasar alat berat Indonesia sendiri sudah dibanjiri oleh merek-merek Negeri Tirai Bambu seperti Sany, XCMG, LiuGong, Shacman, Dongfeng, dan lain-lain.

Baca Juga: Kalah Saing dengan Barang Impor, Penjualan Ritel Belum Pulih Sejak Covid -19,

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Giri Kus Anggoro mengatakan, alat berat merek-merek China telah menjadi salah satu pilihan favorit untuk memenuhi kebutuhan operasi para pelaku usaha di sektor pertambangan dan konstruksi.

Alat berat yang diimpor utuh atau completely built up (CBU) dari China umumnya dihargai relatif murah. Hal ini mengingat rendahnya harga bahan baku alat berat tersebut seperti besi dan baja.

Ditambah lagi, terdapat perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) yang memungkinkan alat berat China bisa masuk ke Indonesia dengan tarif bea masuk 0%.

"Saat ini alat berat China sudah masuk 10 besar di pasar Indonesia," ujar dia, Kamis (12/9).

Distributor alat berat merek XCMG, PT Gaya Makmur Tractors mengaku, permintaan alat berat asal China cukup tinggi di Indonesia, terutama di sektor pertambangan. Sebagai pionir distributor alat berat China di Tanah Air, GM  Tractors menyediakan beragam alat berat seperti hydraulic excavator, wheel loader, dumptruck, dan lain-lain.

"Di China, XCMG menjadi pemimpin pasar alat berat dan sekarang sedang berusaha menjadi pemain utama di pasar global," kata Rachmansyah, President Director GM Tractors, Rabu (11/9).

Selain alat berat, Indonesia juga kebanjiran impor berbagai macam produk elektronik. Sebagai contoh, impor peralatan rumah tangga elektro mekanik dari China yang berkode HS 85098090 mengalami kenaikan 3,56% yoy menjadi US$ 14,24 juta hingga Juli 2024.

Gabungan Perusahaan Industri Elektronik (Gabel) menyebut, merek-merek elektronik asal China sebenarnya sudah cukup ramai di Indonesia bahkan sejak sebelum tahun 2000-an.

Baca Juga: Pemerintah Harus Bergerak Cepat Atasi Badai PHK

Kini, produk elektronik impor dari China semakin mudah ditemui di toko-toko ritel atau grosir hingga e-commerce seiring adanya relaksasi kebijakan impor dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 8 Tahun 2024.

Harga produk elektronik China pun biasanya dibanderol cukup murah dan menyaingi produk-produk buatan lokal.

"Produsen lokal berusaha bertahan dengan mengandalkan kualitas produk, distribusi, dan layanan purnajual yang baik," imbuh Wakil Ketua Umum Gabel Dharma Surjaputra, Kamis (12/9).

Tak ketinggalan, Indonesia juga mengimpor smartphone (kode HS 85171300) dari China dalam jumlah besar yakni mencapai US$ 1,32 miliar hingga Juli 2024 atau naik 10,93% yoy dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Mengacu riset dari Canalys, pasar smartphone Indonesia didominasi oleh merek asal China. Xiaomi menempati posisi pertama pangsa pasar smarthpone Indonesia dengan porsi 20% pada kuartal II-2024. Setelah itu, diikuti oleh Oppo dengan pangsa pasar 19% dan Vivo sebesar 18%.

Dalam berita sebelumnya, Aryo Meidianto, Analis Pasar Smartphone dan Senior Consultant di SEQARA Communications menjelaskan, merek-merek smartphone China menawarkan berbagai keunggulan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Contohnya adalah baterai berkapasitas hingga 7.000 mAh namun dengan ukuran perangkat yang tetap ramping atau tipis.    

Selanjutnya: Bank Sentral Eropa Pangkas Suku Bunga karena Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Menarik Dibaca: Musim Bunga Liar di Australia Barat, Ini Berbagai Opsi Kegiatan yang Bisa Dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×