Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pabrikan otomotif mulai marak memproduksi mobil rakitan di Indonesia. Hal ini setidaknya tergambar dari data ASEAN Automotive Federation (AAF), yang menunjukkan produksi kendaraan di Indonesia pada kuartal I-2017 tumbuh 12% menjadi 319.241 unit dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni 285.110 unit.
Memang, jumlah produksi mobil Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand, yang meskipun turun 4,2% pada kuartal pertama tahun ini, tapi jumlahnya sudah mencapai 485.555 unit. Tahun lalu, pada periode yang sama Negeri Gajah Putih ini memproduksi 506.000 unit
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengatakan, ekspor harus dikerek, karena pertumbuhan penjualan di dalam negeri tidak signifikan. Berdasarkan perhitungan Gaikindo, setiap tahun penjualan mobil nasional hanya tumbuh 5%.
Agar bisa mendongkrak kemampuan produksi dalam negeri, Gaikindo bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia sedang mengkaji beberapa hal menyangkut industri otomotif.
Poinnya adalah seputar aturan low cost emission vehicle, carbon tax, low cost green car dan bentuk kendaraan bermotor. "Diharapkan bulan ini hasil kajiannya bisa diserahkan ke Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan," kata Jongkie, saat dihubungi KONTAN, Minggu (4/6).
Adapun tujuan kajian tersebut adalah agar penerimaan pemerintah dari sektor pajak otomotif bisa meningkat secara signifikan. Jongkie mengharapkan, klasifikasi bentuk kendaraan bermotor dapat dibebaskan, agar setiap prinsipal bersedia memproduksi semua jenis kendaraan di Indonesia. "Bila irit bahan bakar dan polusinya rendah, maka pajaknya akan lebih ringan," terang Jongkie.
Bagi pabrikan kendaraan bermotor, pasar Asia Tenggara terbilang potensial, mengingat dari sisi jumlah penduduknya yang besar. Cuma, membutuhkan kemudahan dalam berinvestasi dan insentif, sehingga harga jual produk mobil asal Indonesia kompetitif di pasar ekspor. "Kebijakan insentif sangat diperlukan," imbuh Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono, kepada KONTAN, Jumat (2/6).
Ia optimistis, jika produsen mobil di Indonesia mendapatkan fasilitas insentif pajak, tidak hanya berdampak ke harga jual. Tapi juga pasar yang terus berkembang.
Sepanjang kuartal I-2017, Toyota Motor berhasil mencatat pertumbuhan ekspor dalam bentuk completely built up (CBU) sebanyak 49.300 unit atau naik dibandingkan periode sama tahun 2016 yang hanya 34.700 unit. Menurut Warih, memang penjualan awal tahun selalu naik secara historis. "Tapi kami tetap membidik penjualan tahun ini tumbuh 10%," sebutnya.
Warih melihat, permintaan mobil dari negara di kawasan Asean masih tinggi seperti Myanmar dan Vietnam. Kemudian diikuti di negara-negara di kawasan Timur Tengah. "Untuk model Fortuner, Vios, Avanza dan Innova masih menjadi andalan penjualan," terangnya.
Presiden Direktur PT Hyundai Motor Indonesia Mukiat Sutikno mengamini, pasar tren ekspor mobil di Asia Tenggara positif. Tahun lalu, realisasi penjualan dari produsen asal Korea Selatan ini sebanyak 2.000 unit.
Sebab itu Hyundai optimistis, penjualan ekspor mobil tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu. "Kami menargetkan penjualan sebanyak 300 unit per bulan dengan model H-1," ujar Mukiat saat dihubungi KONTAN, Jumat (2/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News