kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Pasar LED berpotensi membesar


Rabu, 27 Oktober 2010 / 10:12 WIB
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Gloria Haraito |

JAKARTA. Royal Philips Electronics akan mengemengembangkan teknologi lampu light emitting diode (LED) yang diklaim sebagai lampu yang mampu menghemat energi hingga 50%. Di Indonesia, Philips Indonesia mengusung lampu jenis ini dari Taiwan untuk dijual ke perusahaan ritel, hotel, restoran, dan institusi pemerintahan.

Krisis energi yang terjadi belakangan menyurung perkembangan lampu hemat energi. Dus, LED berpotensi besar berkembang pesat di Indonesia. Hanya saja, pasar LED di Indonesia masih terbilang mini karena banderolnya yang premium. Sebagai perbandingan, bila lampu biasa harganya Rp 20.000-Rp 25.000 per unit, maka lampu LED harganya US$ 65-US$ 75 per unit.

Meski mahal, Hendra Rusmana, Kepala Komersial Gaya Hidup Konsumer Philips menjelaskan, lampu LED Philips bisa bertahan hingga lima tahun, lebih lama dari lampu biasa yang hanya bisa bertahan dua tahun.

PT Hero Supermarket Tbk termasuk salah satu ritel yang menggunakan lampu LED Philips. Sugiyanto Wibawa, Direktur Pengembangan Ritel Hero mengatakan, gerai Giant di BSD menjadi gerai ritel pertama di dunia yang menerapkan lampu LED Philips. Di gerai itu, Hero menerapkan 5.000 lampu LED dengan konsumsi listrik 100.000 watt per jam.

"Konsumsi ini setengah kali lebih hemat ketimbang menggunakan lampu biasa yang membutuhkan konsumsi listrik 200.000 watt per jam," kata Sugiyanto.

Teknologi rendah

Melihat tren lampu LED di pasar, John Manoppo, Ketua Umum Asosiasi Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) menilai, teknologi LED yang masih mahal membikin porsi LED di Indonesia masih mini; hanya 1% dari total lampu yang beredar di pasaran.

Sebab itu, produsen lampu lebih baik fokus untuk menghasilkan light heat energy (LHE) alias lampu konvensional yang hemat energi. "Sebanyak 90% rumah tangga menggunakan LHE, jadi itu saja yang didahulukan peningkatan teknologinya agar hemat energi," kata John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×