Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Pemerintah berharap formula baru penghitungan harga batubara acuan alias HBA akan mengangkat harga jual batubara di dalam negeri. Prediksi pemerintah: formula baru ini bisa mengerek harga sekitar US$ 0,8 per ton–US$ 1 per ton.
Hanya, formula baru ini belum bisa berlaku pada Desember 2015. Pasalnya, hingga kini Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum meneken aturan baru penghitungan harga acuan tersebut.
Dengan asumsi beleid baru ini diteken sebelum tutup tahun 2015, hitungan baru bisa berlaku mulai Januari 2016 mendatang.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Adhi Wibowo menjelaskan, dalam hitungan ini porsi harga batubara lokal menjadi lebih dominan, yakni hingga 50%.
Sementara indeks harga batubara yang tidak mencerminkan harga batubara Indonesia akan dihapus. " "Indeks Platts59 sepertinya tidak akan kami pakai lagi," tegas Adhi, Rabu (2/12). (lihat tabel Porsi Hitungan HBA)
Di sisi lain, pemerintah berupaya memberikan perlindungan kepada perusahaan pertambangan batubara agar tidak terus merugi saat harga batubara terus anjlok.
Perlindungan ini dilakukan dengan cara membuat patokan harga batubara di dalam negeri mengacu pada ongkos produksi, ditambah dengan margin keuntungan bagi perusahaan tambang. "Patokan ini berlaku pada saat harga acuan batubara sudah di bawah ongkos produksi," kata Adhi.
Hanya saja, Adhi masih enggan memberikan gambaran berapa persen angka margin wajar yang layak diterima oleh pengusaha tambang. Yang jelas marginnya tidak sebesar penghitungan margin pada penetapan harga batubara untuk pembangkit listrik di mulut tambang yang sebesar 25% dari ongkos produksi.
Hendra Sinadia, deputi direktur eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai, skema baru yang dijanjikan pemerintah sudah tepat. Karena itu, Ia berharap ini bisa memberikan dampak positif bagi harga batubara asal Indonesia.
Hanya saja ia pesimistis bisa mengerek harga, sebab penentuan harga berdasarkan mekanisme supply dan demand. "Saat ini kondisi batubara secara global masih over supply, sehingga harga terus tertekan," katanya kepada KONTAN, Rabu (2/12).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News