Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Indonesia memiliki potensi besar dalam perdagangan ikan hias dunia. Apalagi, tren produksi ikan hias Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, produksi ikan hias tahun lalu mencapai sekitar 978 juta ekor, naik 72,7% dibandingkan tahun 2009 yang sebanyak 566 juta ekor.
Potensi bisnis ikan hias di Indonesia didukung oleh banyaknya spesies ikan hias asli negara ini. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, sekitar 40% atau 450 spesies di antaranya berada di Indonesia. "Sementara untuk ikan hias air laut, Indonesia memiliki lebih dari 700 jenis spesies," katanya, Jumat (19/4).
Indonesia sebenarnya berpotensi meraih US$ 60 juta-US$ 65 juta per tahun dari ekspor kan hias, serta bisa menjadi eksportir ikan hias terbesar dunia. Syaratnya, bisnis ini ditangani serius.
Sebagai gambaran, dua tahun lalu, menurut Slamet, Indonesia menduduki rangking ke lima eksportir ikan hias terbesar dunia setelah Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura. Sayang, walau menduduki peringkat ke lima dunia, ekspor ikan hias Indonesia masih belum memuaskan.
Pada 2011, nilai ekspor ikan hias hanya sebesar US$ 13,26 juta. Dengan nilai itu, Indonesia hanya menguasai 6,95% perdagangan ikan hias dunia.
Data Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) menyebutkan, nilai perdagangan ikan hias global mencapai US$ 5 miliar dengan pertumbuhan 8% per tahun. Dari nilai tersebut sebanyak 85% merupakan ikan hias air tawar dan sisanya 15% merupakan ikan hias laut.
Indonesia masih belum bisa memanfaatkan celah ekspor ikan hias karena minimnya dukungan pemasaran. Distribusi dari sentra produksi ke pusat pengiriman juga menjadi kendala. Saat ini sentra ikan hias tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara.
Dengan pasar ekspor utama Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia dan China, ikan hias Indonesia yang diminati antara lain ikan botia dari Sumatera, arowana dan ikan cupang dari Kalimantan, ikan banggai cardinal dari Sulawesi, dan arowana asal Irian.
Menurut Hendra Iwan Putra, Direktur PT Harlequin Aquatics, krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat (AS) cukup berdampak negatif bagi kinerja ekspor ikan hias. "Dukungan pemerintah terhadap eksportir juga masih sangat minim," katanya.
Untuk itu, Hendra mencoba melakukan diversifikasi pasar ke Timur Tengah dan negara Amerika Latin seperti Brazil. Namun jika pasar Eropa lebih meminati jenis ikan hias tetra, konsumen di Timur Tengah menyukai jenis ikan besar seperti komet dan koi.
Jenis pengiriman juga harus disesuaikan. Pengiriman satu boks ikan hias tetra dapat berisi 1.800 ekor dengan harga Rp 400 per ekor. Sementara pengiriman satu boks ikan koi hanya 40 ekor seharga Rp 5.000-Rp 6.000 per ekor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News