Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Peta bisnis ritel bakal berubah jika pemerintah membuka pintu bagi pemodal asing yang ingin masuk ke ritel kelas kecil melalui rencana revisi Daftar Negatif Investasi (DNI).
Pasalnya, jika pemodal asing masuk ke minimarket maka akan membatasi pergerakan dua pasar sekaligus yakni minimarket lokal ataupun pasar tradisional.
"Sebaiknya, kita kembangkan ritel domestik terlebih dahulu, kemudian membuka untuk pemodal asing," kata Satria Hamid, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bidang Kebijakan Publik, kepada KONTAN, Rabu (18/11). Dampak bisnis yang akan terlihat adalah terjadi pergeseran dari sisi harga, produk, layanan dan modal.
Misalnya, harga akan lebih kompetitif karena semakin banyak pemain ritel maka mereka akan saling beradu harga untuk menarik konsumen, kemudian persaingan memberikan produk dan layanan yang terbaik untuk konsumen, serta investor lokal akan kalah modal dengan investor asing.
"Perbandingannya, investor asing memiliki modal tiga kali lipat lebih besar dibandingkan investor lokal," jelasnya.
Wiwiek Yusuf, Direktur Pemasaran PT Indomarco Primatama mengusulkan, pemerintah perlu menerapkan dua pilihan bagi pemodal asing yang ingin masuk ke minimarket.
Pertama, pemodal asing mendirikan minimarket dari awal. Atau kedua, pemodal asing melakukan akuisisi minimarket yang sudah ada. "Jika opsi kedua yang dipilih, apa ada minimarket lokal yang mau jual ke asing?," ucapnya.
Perusahaan yang mengoperasikan Indomaret ini menilai, asing belum secara penuh masuk ke minimarket pun persaingan bisnis telah terjadi di ritel mini ini. Misalnya, Indomaret bersaing ketat dengan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk pemilik gerai Alfamart, Indomaret mengklaim telah menguasai pasar ritel sekitar 30% terhadap pasar ritel di Indonesia.
Wiwiek bilang, jadi atau tidak jadi rencana Badan Koordinasi Penanam Modal (BKPM) tersebut tidak membuat Indomaret gentar berekspansi karena investor asing ataupun lokal akan sulit mengejar bisnis Indomaret yang sudah memiliki 11.500 gerai per September 2015 dengan target 12.000 gerai di akhir tahun 2015, dan rencana pendirian 1.000-2.000 gerai per tahun.
Sementara itu, Anggara Hans Prawira, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya berpendapat positif terhadap rencana pemerintah tersebut karena akan mendorong ritel lokal lebih kompetitif karena ada pemain asing. Misalnya, perusahaan akan terus melanjutkan efisiensi, pengembangan teknologi seperti channel digital, dan penambahan jaringan.
Dari sisi penambahan jaringan, pemilik gerai Alfamart ini mengaku tidak akan agresif menambah jumlah jaringan per tahun karena cara konsisten masih mampu menumbuhkan bisnis perusahaan. Tahun 2015, perusahaan menargetkan akan mengoperasikan 11.000 gerai. "Kami tetap konsisten menambah 1.000-1.2000 gerai per tahun," ucap Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News