kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemain solar modul makin hangat


Minggu, 29 Agustus 2010 / 15:13 WIB
Pemain solar modul makin hangat


Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemain dalam bisnis panel surya semakin bertambah. Asosiasi Industri Solar Modul Indonesia (Astrindo) mencatat ada lima pemain baru yang terjun ke bisnis ini. Dengan demikian, saat ini sudah ada enam pemain yang bermain dalam bidang ini yang sebelumnya dikuasai PT LEN Industry.

Ketua Umum Astrisindo Wahyuddin Bagenda memperkirakan, nilai investasi satu pabrik solar modul dengan kapasitas hingga 10 Megawatt (MV) berkisar Rp 60 miliar hingga Rp 100 miliar. Ini artinya, dia menduga, nilai investasi yang digelontorkan kelima perusahaan solar modul itu mencapai Rp 500 miliar. Sayangnya, Wahyudin yang juga Direktur Utama LEN Industry tidak mengungkapkan siapa pemain baru itu.

Asal tahun saja, energi solar modul yang menggunakan tenaga surya ini biasanya dibutuhkan untuk memenuhi pasokan listrik bagi daerah terpencil yang belum terjangkau oleh infrastruktur PLN. Penggunaan energi tenaga surya di Indonesia juga sangat memungkinkan, mengingat potensi energi terbarukan yang berasal dari sinar matahari ini masih cukup besar. "Pasar dalam negeri saat ini sangat menjanjikan," kata Wahyuddin.

Dengan adanya investasi baru di sektor solar modul ini, maka kapasitas produksi industri solar modul bakal meningkat. Jika rata-rata produksi industri solar modul sebesar 6 MW, maka hingga akhir tahun ini kapasitas produksi soalr modul nasional sebesar 36 MW. Sebagai gambaran saja, tahun lalu, kebutuhan energi terbarukan jenis ini di Indonesia sebesar 25 MW. "Rata-rata pertumbuhan permintaan sekitar 20% - 30% per tahun," jelas Wahyuddin.

Di masa yang akan datang, kebutuhan energi ini semakin tinggi. Wahyudin bilang, ke depan potensi kebutuhan solar modul bagi pemerintah saja setidaknya sekitar 40 MW. "Dengan adanya industri dalam negeri kita harapkan akan mengurangi ketergantungan pada impor," ujarnya.

Pengembangan bisnis energi tenaga surya ini tak hanya dilakukan oleh pihak swasta tapi juga pemerintah. Perusahaan Listrik Negara (PLN), misalnya, tahun ini akan memulai proyek percontohan alias pilot project PLTS di lima lokasi di Indonesia. Diantaranya di Bunaken, Sulawesi Utara, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Raja Ampat, Papua, dan Derawan, Kalimantan Timur.

Direktur Indonesia Timur PLN Vickner Sinaga beberapa waktu lalu mengatakan, pilot project PLTS tersebut dimulai pada Mei lalu. Dia memperkirakan masing-masing PLTS berkapasitas sekitar 50 kilowatt-100 kilowatt. "Kami akan memasang prototype di Bunaken dengan kapasitas 5 kilowatt," ungkapnya beberapa waktu lalu. Namun, kata Vickner, pemanfaatan energi surya ini masih terkendala mahalnya biaya produksi dan teknologi penyimpanan energi surya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×