kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pembangunan pabrik gondorukem Perhutani molor


Minggu, 03 Oktober 2010 / 16:30 WIB


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can

JAKARTA. Keinginan Indonesia untuk bisa menyaingi China yang menjadi produsen terbesar gondorukem dunia tampaknya masih lama. Pasalnya pabrik gondorukem yang akan dibangun Perum Perhutani mengalami molor dari jadwal semula.

Awalnya Perhutani menargetkan, pabrik akan dibangun tahun ini dan akan selesai pada pertengahan 2011. “Sekarang ini masih menyelesaikan proses penyelesaian feasibility study. Konstruksinya baru akan mulai dibangun pada tahun depan," kata Direktur Utama Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin akhir pekan lalu.

Sayang, Upik tidak menyebutkan alasan molornya pembangunan pabrik tersebut. Ketika ditanya soal dana, menurut Upik, dana untuk pembangunan pabrik tersebut sudah ada. Untuk membangun pabrik tersebut, dibutuhkan waktu 1,5 tahun dan dana sebesar Rp 160 miliar. "Dana sudah ada, cuma memang perlu penyelesaian hal-hal teknis," elaknya Upik.

Direktur Pemasaran Perum Perhutani Achmad Fachroji menambahkan, potensi gondorukem di Indonesia cukup besar mencapai 1 juta hektare. Sayang yang baru termanfaatkan hanya sebesar 154.000 hektare. Dia menyebutkan potensi gondorukem yang belum dimanfaatkan berada di sekitar Sumbar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sulawesi.

Dengan produksi sebanyak itu, Ahmad yakin Indonesia dapat menyaingi China yang kini menjadi produsen gondorukem terbesar dunia.Saat ini, Indonesia menjadi negara terbesar ketiga setelah China dan Brasil, yang menyumbangkan lebih dari 8% produksi gondorukem dunia.

Volume produk gondorukem Indonesia yang diperdagangkan setiap tahun sekitar 60.000 ton yang terdiri dari 80% untuk diekspor dan 20% untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×