Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah mulai melakukan diversifikasi impor sapi. Jika selama ini bergantung dengan Australia, kini pemerintah menjajaki kerjasama impor dengan Selandia Baru.
Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian mengatakan, secara bertahap pemerintah berencana mengurangi ketergantungan impor sapi dari Australia. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu hubungan dagang antar negara terganggu.
"Kami sudah sepakat dengan Selandia Baru. Jika Australia menghentikan pengiriman ke Indonesia, kami punya alternatif lain dari Selandia Baru," kata Amran pada Minggu (19/4) usai menghadiri World Economic Forum di Hotel Pullman.
Amran menyebut, kemungkinan Selandia Baru akan mengisi impor sapi sebesar 50% dari jumlah impor sapi yang telah dilakukan dari Australia. Hanya saja untuk mencapai separuh besar impor sapi dilakukan secara bertahap. Paling lambat kerjasama perdagangan ini bisa tercapai pada pertengahan tahun.
Secara kualitas dan harga sapi impor asal Australia juga sama dengan sapi asal Selandia Baru. Misalnya harga untuk bibitnya sebesar Rp 40 juta per ekor. Hingga kuartal 2 ini, Pemerintah bakal mengimpor sapi bakalan asal Australia sebanyak 250.000 ekor. Sebelumnya pada kuartal 1 impor sapi bakalan mencapai 100.000 ekor.
Impor sapi bakalan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jabodetabek dan sebagian Sumatera Utara. Sedangkan kebutuhan di wilayah-wilayah lain di Indonesia sudah dapat dipenuhi dari pasokan sapi lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News