kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah dan PLN Kerek Kapasitas EBT Hingga 33 GW dalam RUPTL Terbaru


Rabu, 04 September 2024 / 13:03 WIB
Pemerintah dan PLN Kerek Kapasitas EBT Hingga 33 GW dalam RUPTL Terbaru
ILUSTRASI. Petugas melakukan perawatan panel surya di Bekasi, Jawa Barat, Senin (29/4/2024)Pemerintah Indonesia dan PLN menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit EBT hingga 33 GW.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah Indonesia dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 33 GW. Penambahan kapasitas EBT ini akan dimuat dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru yang tengah disusun. 

"Saat ini pengembangan sektor ketenagalistrikan tercermin lewat dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau 2021-2030 PLN dengan total projek pembangkit sekitar 41 Giga Watt (GW). Terdapat di dalamnya 21 GW atau 52% proyek yang berasal dari pembangkit EBT," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu dalam siaran pers, Rabu (4/9).

Jisman menambahkan telah ada 12 GW proyek pembangkit yang telah selesai, sedangkan sisanya sebesar 18,7 GW proyek masih dalam tahap perencanaan.

Menurut Jisman, proyek pengembangan listrik hijau berbasis energi baru terbarukan (EBT) ini merupakan sebuah kesempatan bagi investasi luar negeri untuk berkontribusi lewat skema Independent Power Producer (IPP) atau kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC). 

Baca Juga: Bangun Supergrid untuk Kelistrikan, Indonesia Butuh Investasi Jumbo

"Pembangkit EBT yang dapat dikembangkan terdiri dari PLTA 7 GW, PLTS 4,4 GW, PLTP 2,2 GW dan sisanya 2,3 GW pembangkit EBT lainnya. Total kebutuhan investasi diperlukan sebesar US$ 28 miliar," tutur Jisman.

Pemerintah dan PLN kini sedang membahas target pengembangan pembangkit EBT yang baru yang diperkirakan akan meningkat dari 21 GW didalam RUPTL eksisting menjadi 33 GW di dalam Draft RUPTL yang baru sehingga meningkatkan bauran EBT dari 52% menjadi 76%.

Berdasarkan proyeksi normal, demand listrik saat ini akan meningkat sampai 72 GW di tahun 2033. Proyeksi tersebut mengalami peningkatan lewat penambahan demand baru yang signifikan dari Industri Smelter dan Data Center. Hal ini berdampak pada peningkatan demand di Pulau Jawa yang umumnya tumbuh sebesar 1 GW per tahun berubah menjadi 3 GW per tahun.

"Untuk memenuhi demand tersebut, kita membutuhkan percepatan pengembangan pembangkit EBT yang masif. Kita memiliki potensi EBT yang besar lewat tenaga surya, bioenergi, angin, dan panas bumi dengan total 1.233 GW di Sumatera dan 518 GW di Kalimantan," ungkap Jisman.

Jisman mengakui, penyediaan listrik berbasis EBT masih terdapat kendala dalam pengembangan karena sumber-sumber EBT berada di Pulau Sumatera, sementara pelanggan listrik terbanyak berada di luar Pulau Sumatera.

"Penyediaan energi bersih saat ini masih terkendala dengan adanya mismatch antara potensi pemanfaatan energi terbarukan dimana sumber-sumber energi terbarukan berada di pulau Sumatera dan Kalimantan dengan Demand Center di pulau Jawa, Sulawesi, dan Batam," tutup Jisman. 

Baca Juga: Indonesia Butuh US$ 14,2 Miliar untuk Kembangkan Listrik Berbasis Energi Terbarukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×