Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah kian serius menggarap energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Rencananya, 2015 ini, pemerintah akan membentuk nuclear energy program implementation organization (NEPIO). Lembaga ini bertugas mengorganisasi pelaksana program energi nuklir di tanah air.
Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, pendirian NEPIO ini rencananya melalui Keputusan Presiden. Nantinya lembaga ini akan beranggotakan wakil-wakil pelbagai kementerian dan lembaga pemerintah. "Harus terbentuk tahun ini agar rencana pemanfaatan energi nuklir bisa jalan," kata Rida, Rabu (4/12).
Energi nuklir ini bisa menjadi salah satu solusi energi masa depan. Sebab pemerintah memperkirakan, kebutuhan listrik pada 2025 mencapai 150 gigawatt (GW). Sementara, pasokan listrik baru 50 GW. Pasokan baru bisa ditambah sekitar 35 GW, sehingga devisit setrum sebanyak 65 GW. Meskipun pengembangan energi dari listrik geothermal, air, dan energi lain dikebut, tetap saja tidak menutup kebutuhan listrik. "Pilihannya kan hanya nuklir," ujar Rida.
Nah, agar pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bisa terwujud, pemerintah segera menyiapkan perangkatnya.
Instansi pemerintah yang terlibat dalam menyiapkan aturan soal nuklir ini diantaranya Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Riset dan Perguruan Tinggi, Badan Tenaga Nuklir Indonesia (Batan), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pemerintah menargetkan pemanfaatan energi nuklir bisa terwujud pada 2024 dengan kapasitas 5.000 MW di Bangka Belitung. Daerah lain yang juga memiliki potensi dibangun PLTN seperti, Banten, Batam Kepulauan Riau, Muria Jawa Tengah, serta Mamuju Sulawesi Barat.
Taswanda Taryo, Deputi Kepala Bidang Teknologi Energi Nuklir Batan menyebut, Bangka Belitung memiliki potensi untuk PLTN dengan kapasitas 10.000 MW. Bahkan Batan mengklaim sudah merampungkan studi kelayakan atawa feasibility study di wilayah ini sejak 2013. Saat ini, Batan tengah memproses izin analisis dampak lingkungan. "Tahap pertama PLTN bisa 2x1.000 MW," katanya.
Penelitian dan Wacana Pengembangan Tenaga Nuklir di Indonesia |
1. Pusat Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Bandung, Jawa Barat, memiliki reaktor Triga Mark II - berkapasitas 250 kW diresmikan 1965 , kemudian ditingkatkan kapasitasnya menjadi 2 MW pada tahun 2000. |
2. Reaktor penelitian nuklir Kartini di Daerah Istimewa Yogyakarta berkapasitas 100 kW beroperasi sejak 1979. |
3. Reaktor penelitian nuklir MPR RSG-GA Siwabessy di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Reaktor ini berkapasitas 30 MW diresmikan tahun 1987. |
4. November 2014, Rosatom State Atomic Energy Corporation, BUMN asal Rusia menyatakan minat untuk membangun PLTN di Indonesia. Beberapa lokasi yang mereka bidik adalah Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan, serta Papua Barat. |
5. Desember 2014 Pemerintah China menawarkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas 5X1.000 Megawatt (MW) di Bangka Belitung dan Jawa Tengah. Perkiraan investasi mencapai US$ 12,5 miliar. |
Riset KONTAN, dari berbagai sumber |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News