Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Masih banyaknya pasokan batubara di pasar internasional membuat harga komoditas tersebut terus terpuruk. Oktober ini, harga batubara acuan (HBA) yang ditetapkan pemerintah mencapai US$ 76,61 per ton. Itu merupakan nilai terendah sejak Januari 2010.
Gultom Guska, Head of Division Supervision, Controlling, Production, and Marketing of Coal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan, terus merosotnya harga jual batubara lantaran permintaan batubara dari pembangkit listrik di China masih cenderung stabil, padahal pasokan dari Indonesia melimpah. "Harga turun karena sekarang masih oversupply," kata dia ke KONTAN, Kamis lalu (10/10).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA per Oktober 2013 sebesar US$ 76,61 perton, turun 0,36% daripada HBA per September. Bahkan, apabila dibandingkan dengan harga di periode yang sama di tahun lalu, harga batubara merosot 10,9%.
Menurut Gultom, lebih besarnya peningkatan pasokan batubara dibandingkan dengan kenaikan kebutuhan di China diperparah dengan tren konversi energi di Eropa dan Amerika Serikat (AS). "Penggunaan shale gas untuk pembangkit listrik mulai berkembang, karena harganya jauh lebih murah," ujar dia.
Meskipun belakangan ini harga batubara masih cenderung turun, Gultom optimistis harga komoditas tersebut akan merangkak naik selama November dan Desember mendatang. Gultom menuturkan, masuknya musim dingin di kawasan Utara dunia, termasuk China, akan mengerek permintaan batubara.
Ekawahyu Kasih, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo), menuturkan, rendahnya harga batubara saat ini lantaran produksi batubara nasional tidak terkendali. Seharusnya, pemeritah menerapkan aturan yang membatasi tingkat produksi, hingga permintaan dan suplai menjadi lebih seimbang.
Bahkan, jika dibandingkan dengan penetapan HBA pada dua tahun belakangan, harga batubara sekarang sudah sangat jauh menurun. Ia mencontohkan, HBA per Februari 2011 ditetapkan sebesar US$ 127,05 per ton.
Produksi ditekan
Menurut Ekawahyu, meskipun pasokan atawa produksi batubara di dalam negeri meningkat, namun kebanyakan pertambangan skala kecil menghentikan kegiatan produksi lantaran harga jual sudah di bawah biaya pokok produksi. "Di sisi lain, perusahaan besar justru meningkatkan produksi demi menjaga kinerja," ujar dia.
Hingga Juli 2013 saja, produksi batubara nasional mencapai 236 juta ton. Sebagian besar dari produksi itu, yaitu 175 juta ton, dilepas ke pasar ekspor. Produksi yang tersisa untuk pasar domestik. Eka wahyu memproyeksikan, produksi batubara hingga akhir tahun sekitar 420 juta ton atau naik sekitar 8,8%.
Bob Kamandanu, Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI), menuturkan, asosiasi itu sudah meminta anggota-anggotanya untuk menekan tingkat produksi supaya harga batubara di pasar internasional kembali naik. Bob menyebut, batubara masih over supply. "Kalau tahun depan renca nanya produksi 12 juta ton, APBI minta ke anggota supaya produksinya jadi 10 juta ton saja," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News