Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu terakhir, harga pakan ternak mengalami kenaikan. Sejak awal tahun hingga saat ini, harga pakan ternak sudah meningkat sekitar 5%-6%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, kenaikan harga ini didorong oleh penguatan dollar yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Padahal, dari sisi nilai, bahan baku pakan ternak lebih banyak impor.
“Struktur cost pakan disebabkan oleh bahan pakan. Dari sisi nilai, sekitar 60% dari impor. Ini dari sisi nilai, bukan volume. Ini yang diimpor seperti feed additive, suplemen, vitamin, premix, antibiotik,” ujar Desianto, Rabu (4/7).
Tak hanya pengaruh penguatan dollar, harga bahan baku pakan lainnya seperti bungkil kedelai pun mengalami peningkatan. Padahal, penggunaan bungkil kedelai di pakan ternak sebesar 25% dan bungkil kedelai ini sampai sekarang hanya bisa didapatkan lewat impor. Sementara, peningkatan harga bungkil kedelai ini lantaran produksi kedelai di Brasil yang menurun dan permintaan kedelai yang tinggi.
Menurut Desianto, dengan peningkatan harga bahan baku ini, seharusnya harga pakan terbak sudah meningkat Rp 600 per kg. Namun, menurutnya pabrik pakan ternak masih menahan diri.
“Seharusnya naik Rp 600 per kg, tetapi beberapa anggota naik sekitar Rp 300 - Rp 400 per kg,” ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini harga pakan ternak untuk broiler di peternak sekitar Rp 7.000 per kg dan pakan ternak untuk layer sekitar Rp 6.000 - Rp 6.300 per kg.
Sementara, pasokan jagung pun diperkirakan masih memenuhi kebutuhan pabrik pakan ternak. Menurutnya, kebutuhan jagung untuk pakan ternak tahun ini sekitar 7,8 juta ton atau sekitar 40% dari total produksi pakan sebesar 19,5 juta ton.
Saat ini, harga jagung dengan kadar air 15% di tingkat pabrik di Jabodetabek sekitar Rp 4.100 per kg. Sementara di wilayah produsen jagung sekitar Rp 3.700 - Rp 3.800 per kg. “Harga ini masih stabil tinggi,” tandas Desianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News