Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar harga bahan bakar minyak (BBM) berpotensi menekan kinerja PT Pertamina.
Komaidi Notonegoro, Direktur Reforminer Institute, bilang, penurunan harga premium yang wajar saat ini adalah menjadi Rp 6.500,00 perliter.
Jika lebih dari itu, ia mengkhawatirkan Pertamina akan tertekan mengingat risiko beban pengadaan minyak tahun ini bisa terus meningkat.
“Karena sebagian besar premium kita lebih banyak impor. Sementara nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap Dollar AS,” kata Komaidi saat dihubungi KONTAN, Jumat (2/10).
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Comunication PT Pertamina, hanya memberikan tanggapan singkat mengenai penurunan harga premium yang masuk akal bagi Pertamina. “Semua hasil perhitungan tentunya kami laporkan pada regulator Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan disampaikan kepada Presiden,” kata Wianda pada KONTAN, Jumat (2/10).
Wianda juga menegaskan bahwa Pertamina memang sedang melakukan efisiensi.
“Seperti sentralisasi pengadaan impor minyak mentah dan produk kilang maupun penurunan losses,” pungkas Wianda.
Mengacu laporan keuangan Pertamina di situs resmi Pertamina, jumlah penjualan dan pendapatan usaha lainnya di Semester I 2015 mencapai US$ 21,78 miliar, jumlah ini turun dibanding Semester I 2014 yang capai US$ 36,27 miliar.
Sementara laba tahun berjalan juga turun dari US$ 1,13 miliar di Semester I 2014 menjadi US$ 579,10 juta di Semester I 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News