kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   -14.000   -0,83%
  • USD/IDR 16.455   -2,00   -0,01%
  • IDX 6.546   -52,36   -0,79%
  • KOMPAS100 934   -14,89   -1,57%
  • LQ45 732   -7,86   -1,06%
  • ISSI 204   -1,81   -0,88%
  • IDX30 381   -3,77   -0,98%
  • IDXHIDIV20 460   -1,25   -0,27%
  • IDX80 106   -1,58   -1,47%
  • IDXV30 110   -2,08   -1,85%
  • IDXQ30 125   -0,77   -0,61%

Percepat proyek hilir, Pertamina sewa Bechtel


Kamis, 29 Oktober 2015 / 17:36 WIB
Percepat proyek hilir, Pertamina sewa Bechtel


Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Ada yang mencengangkan dari kesepakatan bisnis Presiden Joko Widodo saat ke Amerika Serikat. Salah satunya adalah PT Pertamina akan mengeluarkan dana US$ 800 juta atas biaya konsultasi kilang minyak selama lima tahun dengan Bechtel Coorporation. Biaya itu dinilai terlampau besar jika hanya membayar konsultan.

Vice President Corporate Comunication PT Pertamina, Wianda Puspanegoro menyatakan, kerjasama dengan Bechtel Coorporation untuk mempercepat pelaksanaan proyek-proyek hilir untuk memenuhi kebutuhan energi.

Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatangan Master Service Agreement (MSA) untuk project engineering dan service group (PESG) sebagai kontrak kerjasama untuk Project Engineering Service (PSE). Dengan lingkup pekerjaan engineering seperti Bankable Feasibility study (BFS), Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED).

Wianda mengatakan, dari kerjasama tersebut hasil studi ini bisa digunakan untuk membangun proyek pengembangan kilang baru maupun peningkatan kapasitas kilang yang ada. "Maka ini bukanlah kontrak pembangunan kilang. Hanya terbatas pada engineering service saja," katanya ke KONTAN, Rabu (28/10).

Dia menilai kerjasama antara kedua negara ini memberikan nilai expertise khususnya dalam membangun infrastruktur yang dibutuhkan Pertamina. "Tidak ada ruginya, intinya bisa memberikan nilai tambah baik dalam pembangunan kilang maupun dibidang upstream seperti teknologi dan enginering," ujarnya.

Sayangnya, Wianda belum mau membeberkan nilai kontrak tersebut apakah benar US$ 800 juta, dia hanya menegaskan, angka yang sudah tersiar ke publik itu baru kontrak berupa plafon secara luas saja. "Karena detail nilainya akan disesuaikan dengan kebutuhan kontrak yang ada nantinya," jelasnya.

Pengamat Minyak dan Gas Bumi (migas) Jhon Karamoy menilai kerjasama antara Pertamina dan Becthel Coorporation jika bukan untuk pembangunan kilang minyak baru dengan mengeluarkan dana sebesar US$ 800 juta merupakan dana yang sangat mahal.

"Kalau hanya jasa konsultan kilang minyak paling tidak hanya U$ 1 juta, kalau dana US$ 800 juta kan bisa bangun kilang sendiri itu," terangnya kepada KONTAN, Rabu (28/10)

Dia berpendapat, pembangunan kilang maupun jasa konsultan tidak harus bekerjasama dengan pihak asing. Karena sejauh ini sudah banyak orang Indonesia yang mampu. Jadi dia bilang kerjasama tersebut hanya sekedar basa-basi dari lawatan Presiden RI dan AS.

 "Apalagi kalau kerjasamanya hanya untuk upgrade kilang Pertamina, banyak orang domestik yang bisa, Pertamina sering bicara rugi tapi harusnya dia efisiensi masalah dana," tuturnya.

AS harus bangun kilang

Jhon melanjutkan, kerjasama antara Pertamina dengan Bechtel Coorporation tersebut jangan hanya sebatas jasa konsultan, melainkan dengan menggunakan dana sebesar itu. Perusahaan Amerika Serikat itu diharapkan juga mau berinvestasi membangun kilang di Indonesia.

Sesuai dengan target pemerintah dalam kurun waktu 10 tahun ke depan seharusnya sudah membangun sekitar 8 kilang di Indonesia. "Pertamina kan sudah 50 tahun berdiri, harusnya cari kerjasama–kerjasama yang menguntungkan agar bisa meningkatkan produksi BBM dalam negeri," katanya.

Sementara saat dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Teguh Pamudji mengaku mengetahui detail bentuk kerjasama Pertamina dan Becthel Coorporation tersebut. "Tunggu kabar saja nanti dari Pak Menteri, kami belum dapat kabar apa-apa,"  ujarnya.                            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×