kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan membludak, harga lada semakin pedas


Minggu, 04 Mei 2014 / 17:58 WIB
ILUSTRASI. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Tingginya permintaan lada membuat harga lada terus naik. Saat ini, harga lada hitam di tingkat petani sekitar Rp 80.000 per kilogram (kg). Harga lada ini sudah naik sebesar 23% ketimbang tahun lalu yang rata-rata masih sekitar Rp 65.000 per kg.

Lukito, Ketua Kelompok Tani Sido Rukun, Lampung Timur mengatakan, lantaran permintaan cukup tinggi, pada awal 2014 harga lada sempat melonjak ke kisaran Rp 90.000 per kg. "Budidaya tanaman lada masih sangat menguntungkan bagi petani," katanya belum lama ini.

Menurutnya, bila dibandingkan dengan tanaman sawit atau karet, biaya produksi lada relatif lebih murah. Lukito bilang, biaya produksi lada hanya sekitar 20% dari harga jualnya. Karena faktor inilah, kata Lukito, saat ini tanaman lada masih menjadi primadona petani di Lampung.

Meski biaya produksi relatif rendah, namun produksi lada sangat tergantung pada kondisi cuaca. Bila curah hujan tinggi, produktivitas lada bisa menurun dan rawan terserang hama penyakit.

Maklum, tanaman lada hanya dipanen sekali setahun, yakni sekitar Agustus. Bila musim kemarau berlangsung lebih dari enam bulan, Lukito bilang, panen lada bisa meningkat. Catatan saja, tahun ini Kementerian Pertanian menargetkan produksi lada sekitar 89.000 ton. Sebagian besar lada ini dihasilkan dari dua sentra produksi lada di Bangka dan Lampung.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menambahkan, Indonesia memiliki lada khas seperti lada hitam Lampung dan lada putih Bangka. Lada asal Indonesia ini sangat diminati oleh pasar internasional.

Permintaan lada memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Lukito bilang, selain dari industri makanan, permintaan lada juga datang dari industri jamu. Sayangnya, saat ini produksi lada nasional masih terbatas. Pasalnya, lahan perkebunan lada terus menyusut. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas lahan perkebunan lada sekitar 185.941 hektare (ha) pada tahun 2009 dan terus menyusut menjadi sekitar 178.622 ha pada tahun 2012. Komposisinya, sekitar 70% didominasi oleh lada hitam dan sisanya 30% tanaman lada putih.

Mengutip data International Pepper Community (IPC), pada tahun lalu, produksi lada Indonesia diperkirakan mencapai 59.000 ton. Dari produksi ini, sekitar 41.500 ton diekspor ke berbagai negara dengan total nilai ekspor sekitar US$ 354 juta. Beberapa negara tujuan ekspor lada Indonesia antara lain Amerika Serikat (AS), Eropa dan negara-negara di kawasan Asia. Secara keseluruhan, Bayu bilang, permintaan lada dunia mencapai 400.000 ton per tahun, dan meningkat sekitar 5%-7% setiap tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×