Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Pertamina membatalkan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti Pertamax, Pertamax Dex, dan Pertamax Plus.
Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, BBM khusus yang terdiri dari Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Racing, Pertamina Dex, dan produk bahan bakar komersial yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pertamina tidak akan mengalami perubahan harga per 15 Mei 2015.
“Sampai saat ini, baik pemerintah maupun Pertamina sesuai dengan kewenangannya tidak melakukan perubahan harga BBM, baik solar atau biosolar bersubsidi maupun premium, termasuk BBM khusus," kata Wianda, Jumat pagi (15/5), tanpa memberitahu alasan pembatalan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, harga tiga bahan bakar minyak (BBM) pada malam ini kembali naik. Ketiga produk itu adalah Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina Dex dengan nominal kenaikan yang beragam. Namun, harga Premium dan Solar masih dijual dengan harga yang sama. Yakni Rp 7.400 dan Rp 6.900.
Pertamax atau bensin dengan nilai oktan 92 itu naik Rp 800 dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600 per liter. Sedangkan Pertamax Plus, dilepas Rp 10.500 dari sebelumnya Rp 10.050 dan Pertamina Dex dari Rp 11.900 menjadi Rp 12.200.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang mengatakan, kenaikan sudah saatnya dilakukan. Sebab, pergerakan harga minyak dunia kembali merangkak naik. ’’Means of Platts Singapore (MoPS) yang menjadi patokan naik tinggi. Begitu juga dengan dollar yang di atas Rp 13.000,’’ ujarnya kepada KONTAN, Kamis (14/5).
Kenaikan tersebut membuat disparitas harga antara premium dengan pertamax makin jauh. Yakni, Rp 2.200 dari premium yang kini dijual Rp 7.400 per liter. Angka itu, menurut Bambang tidak ideal dan membuat pengguna rentan kembali ke premium.
Padahal, Pertamina menjaga perbedaan harga itu agar tidak lebih dari Rp 1.000. Sebelumnya, ketika perbedaan harga Premium dan Pertamax masih tipis, pengguna Pertamax meningkat drastis. Dari yang sebelumnya hanya 2.000 Kilo Liter (KL) per hari, bahkan belakangan sempat 6.000 KL per hari.
’’Premium mestinya juga naik. Tapi belum mendapat izin pemerintah,’’ imbuhnya. Dia memang tidak menjelaskan apakah kenaikan tiga produk itu menjadi indikator naiknya harga premium Juni nanti. Kalau melihat kebiasaan sebelumnya, besar kemungkinan harga premium akan mendapat penyesuaian.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja membenarkan, soal harga minyak dunia yang terus naik itu. Kondisi diperburuk dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Potensi harga premium untuk mendapat penyesuaian disebutnya masih terbuka lebar.
’’Kami akan cermati. Kalau harus naik, kapan harus cermat. Tapi bukan berarti hari ini, atau bulan ini,’’ tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News