kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina buru shale gas di Kanada


Kamis, 06 September 2012 / 09:30 WIB
Pertamina buru shale gas di Kanada
ILUSTRASI. Layar menampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) di level 3,5 persen. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.


Reporter: Azis Husaini, Andri Indradie | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Sebentar lagi, PT Pertamina (Persero) akan menjadi partner perusahaan minyak dan gas internasional untuk memproduksi shale gas di Kanada. Harapannya, Pertamina bisa memasarkan shale gas tersebut di Indonesia melalui terminal penampungan (receiving terminal) gas Arun, Aceh.

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan mengungkapkan, potensi shale gas dan oil sands di Kanada dan Amerika Serikat memang sangat besar. Untuk itu, Pertamina sudah menjajaki pertemuan dengan operator shale gas di Kanada.

"Yang pasti, perusahaan itu sudah kerjasama dengan kami di Indonesia. Jadi, tidak salah jika di Kanada sana, kita kerjasama lagi untuk produksi shale gas. Dalam waktu dekat saya mau ketemu lagi dengan CEO-nya," ungkap Karen kepada KONTAN, Rabu (5/9).

Sayang Karen tidak bersedia menyebutkan siapa sekondannya di Kanada tersebut. Yang pasti, ujar Karen, Pertamina tidak mau tertinggal dengan Petronas yang sudah lebih dulu bermitra dengan perusahaan internasional demi memproduksi shale gas dan oil sands.

Dia menjelaskan, cadangan shale gas yang sedang diproduksi oleh sekondan Pertamina tersebut mencapai 15 triliun cubic feet (tcf)). "Nanti kilang Arun, Aceh yang sudah diubah jadi terminal gas itu bisa jadi tempat menampung shale gas. Kita akan pasarkan melalui kilang Arun. Saya mau terminal Arun jadi terbesar di Asia Pasifik," ujar dia.

Kata Karen, beberapa perusahaan migas internasional bahkan sudah melepaskan produksi minyak dan gas konvensional. Mereka kini ramai-ramai beralih memproduksi shale gas dan oil sands karena ongkos produksinya murah. "Saya harap dari beberapa penjajakan, ada satu atau dua yang deal untuk bisa kerjasama dengan Pertamina di luar negeri," kata dia.

Asal tahu saja, di Amerika Serikat (AS), biaya pengeboran shale gas hanya sekitar US$ 2 juta sampai US$ 3 juta per sumur. Namun di Indonesia, pengeboran shale gas bisa butuh dana US$ 8 juta per sumur karena kondisi alam yang lebih sulit. Sementara untuk membor minyak atau gas alam konvensional butuh ongkos US$ 70 juta hingga US$ 100 juta per sumur.

Incar banyak negara

Tidak hanya mengejar produksi shale gas. Pertamina juga terus mencari cadangan minyak untuk keamanan pasokan minyak mentah. Menurutnya, saat ini Pertamina lagi menjajaki blok migas di Oman, Alzazair, Thailand, Kazakstan, Azarbaizan, dan Sudan. "Di Azarbaizan kami bicara dengan Sokar, perusahaan migas milik pemerintahan di sana. Masa enggak bisa, sih, 1%-3% kita punya saham di sana," katanya.

Tahun ini Pertamina menyiapkan Rp 52,8 triliun untuk sejumlah akuisisi. Baru-baru ini Pertamina berhasil mengakuisisi Petrodelta SA, perusahaan migas Venezuela, senilai Rp 7 triliun. "Kami fokus akuisisi. Saya yakin pendapatan 2012 sebesar Rp 527 triliun bisa terkejar," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×