kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina cari partner garap GRR Bontang


Rabu, 22 Februari 2017 / 18:55 WIB
Pertamina cari partner garap GRR Bontang


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Pertamina tengah mencari mitra strategis sekaligus calon investor untuk pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Pertamina berhadap ada konsorsium yang terdiri dari oil and gas company, trader, lender serta investor internasional dan lokal sebagai partner.

Apalagi perusahaan minyak pelat merah itu berharap GRR Bontang bisa beroperasi paling lambat pada 2023 mendatang. Sejauh ini, pembangunannya diperkirakan akan membutuhkan investasi US$ 12 miliar hingga US$ 15 miliar dengan target mampu mengolah 300.000 barel minyak mentah per hari.

Pertamina mendapatkan penugasan dari Kementerian ESDM melalui Kepmen ESDM no 7935/K/10/MEM/2016 pada 9 Desember 2016 untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur. Hal ini ditujukan agar bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM.

Pada 28 Februari 2017, perusahaan akan melakukan project expose kepada calon investor, antara lain terkait dengan rencana awal pengembangan proyek, profil proyek, konsep struktur dan model bisnis yang diterapkan.

Rachmad Hardadi, Direktur Mega Proyek Refinery dan Petrokimia Pertamina mengatakan, sebagai BUMN Indonesia, pihaknya berharap kemitraan yang terbentuk nantinya harus memperhatikan aspek GCG yang kuat. Di samping itu juga, kemitraan harus mengedepankan Indonesia content, sembari menjaga keberlangsungan bisnis.

Model bisnis seperti ini, menurutnya, lazim dilakukan bila menjalin kerjasama dengan perusahaan pemerintah di negara manapun.

"Dari sudut pandang bisnis, kriteria pemilihan partner tentu harus mempunyai pencapaian positif. Tidak harus perusahaan publik, kan mudah untuk melihat pengalaman operasional dan keberhasilannya," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (22/2).

Konsorsium yang terbentuk, diharapkan mampu berperan dalam pengadaan crude atau bahan baku dan menyiapkan pendanaan. Selain itu, mitra juga diharapkan mampu memasarkan produk yang tidak terserap di dalam negeri dengan mengekspornya ke pasar luar negeri seperti Australia, PNG, New Zealand dan Filipina.

Karena itu konsorsium mitra harus mempunyai strong track record di industry refinery, terutama dalam pelaksanaan proyek serta operational excellence. Syarat lain, tentu harus sesuai dengan model bisnis yang pas dengan Pertamina.

Mitra harus memiliki niat untuk mempercepat dan merampungkan proyek pada tahun 2023 dan tentu saja bisa memberikan value added yang menarik bagi GRR Bontang.

Rachmad optimis, tawarannya untuk menarik investor dalam bentuk kemitraan untuk merealisasikan GRR Bontang akan menemukan partner yang tepat. Kerjasama tersebut secara bisnis akan menguntungkan semua pihak dan secara nasional memberikan nilai tambah dalam bentuk pajak dan penyerapan tenaga kerja. Bagi negara, akan mempunyai nilai strategis, sebab menjamin security of supply karena pabriknya ada di Indonesia.

"Saat ini sistem perpajakan kita sudah siap untuk menarik investor, seperti tax holiday atau tax allowance," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×