kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.718   0,00   0,00%
  • IDX 8.337   18,53   0,22%
  • KOMPAS100 1.160   0,24   0,02%
  • LQ45 848   0,76   0,09%
  • ISSI 288   1,37   0,48%
  • IDX30 443   -2,30   -0,52%
  • IDXHIDIV20 511   -0,47   -0,09%
  • IDX80 130   0,11   0,09%
  • IDXV30 137   0,41   0,30%
  • IDXQ30 141   -0,81   -0,57%

Pertamina Geothermal (PGEO) Dorong Produksi Kopi Panas Bumi


Jumat, 07 November 2025 / 06:49 WIB
Pertamina Geothermal (PGEO) Dorong Produksi Kopi Panas Bumi
ILUSTRASI. salah satu PLTP yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mendorong inovasi pengusaha lokal yang memelopori kopi panas bumi atau kopi yang diproses dengan uap panas bumi.

Pjs. General Manager PGE Area Kamojang, Hendrik K. Sinaga mengatakan, produk yang diolah di geothermal dry house merupakan biji kopi dari para petani yang tergabung dalam Geothermal Coffee Process (GCP).

Dengan pemanfaatan panas bumi, selain unggul pada segi proses yang lebih bersih, efisiensi waktu juga menjadi nilai tambah bagi para petani.

Baca Juga: Intip Strategi Pelayaran Jaya Hidup Baru (PJHB) Usai Sukses Gelar IPO

"Biji kopi dikeringkan dengan pemanfaatan panas bumi secara langsung, yang mampu mempercepat proses pengeringan kopi menjadi 3-7 hari," ujar Hendrik di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) PGE Kamojang, Kabupaten Bandung, Kamis (6/11/2025).

Sebagai perbandingan, pengeringan biji kopi secara konvensional atau dengan sinar matahari bisa membutuhkan waktu 30-45 hari. Dus, pengeringan dari panas bumi terbilang lebih efisien 7 kali lipat (di atas 75%).

Hendrik menambahkan, kapasitas untuk satu kali pengeringan berkisar dari 500 kilogram (kg) sampai 2 ton biji kopi. "Untuk dry house, suhunya saat ini itu di 41 derajat Celsius, dan maksimal suhunya di 50 derajat Celsius," imbuhnya.

Selain itu, pengeringan dengan panas bumi juga menghasilkan daya tahan biji kopi yang lebih lama. Hal ini mengingat, proses pengerin di dry house berlangsung selama 24 jam. Dengan begitu, biji kopi terhindari dari risiko fermentasi seperti pada pengeringan konvensional, yang mana dapat memengaruhi rasa.

"Dengan panas bumi, proses (pengeringan) lebih stabil dan hasilnya lebih awet," kata Hendrik.

Lebih lanjut, PGEO juga memperluas pasar kopi panas bumi dengan ekspor ke beberapa wilayah, seperti Eropa, Jepang, Korea, hingga Arab Saudi.

 

Adapun ekspor perdana kopi menjadi hasil pasca panen bersama yang dilaksanakan pada Juli 2025 lalu, dengan total volume ekspor mencapai 15 ton.

Saat ini, PGE bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani kopi lokal dengan luas lahan mencapai 80 hektare yang terletak di sekitar WKP PGE Kamojang.

Sebagai informasi, sepanjang 2024, total penjualan mencapai 4,9 ton green beans, 640 kg roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee yang menghasilkan omzet sebesar Rp 863,9 juta.

Selanjutnya: Saham UVCR Terbang 92% Tanpa Aba-Aba, Manajemen Beberkan Rencana Bisnis ke Depan

Menarik Dibaca: Beda dari Selingkuh, Cari Tahu Apa Itu Open Marriage di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×