kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina ingin harga Solar, Premium tetap


Rabu, 28 September 2016 / 22:34 WIB
Pertamina ingin harga Solar, Premium tetap


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Akhir September 2016 adalah waktunya pemerintah menetapkan kembali harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium. Pemerintah sebelumnya berencana menaikkan harga Solar dan menurunkan harga Premium dengan fluktuasi harga berkisar Rp 300-Rp 500 per liter.

Namun Direktur Pemasaran PT Pertamina (persero), Ahmad Bambang menyebut pihaknya berharap harga keduanya tetap sama. Harga solar saat ini Rp 5.150 per liter dan premium sebesar Rp 6.450 per liter.

Meskipun, menurut Ahmad, berdasarkan formula harga BBM dan rata-rata kurs rupiah terhadap dolar dalam tiga bulan terakhir, harga solar seharusnya naik sebesar Rp 600 - Rp 650 per liter. Sementara untuk premium turun sebesar Rp 400 per liter.

"Dari sisi Pertamina kami punya pendapat kalau solar naik solar mempengaruhi angkutan, terutama angkutan barang sehingga harga bahan pokok dan inflasi naik. Makanya usul saya solar tidak usah naik," kata Ahmad pada Rabu (28/9).

Jika harga solar tetap, maka Pertamina harus menanggung rugi sebesar Rp 1,6 triliun untuk tiga bukan ke depan. Namun kerugian tersebut bisa dikurangi dari keuntungan yang didapat sebesar Rp 386 miliar jika harga Premium tetap.

"Tapi saya minta premium tidak usah turun karena masyarakat sudah pindah ke pertalite dan pertamax dan kalau premium tidak turun ada plus Rp 386 miliar," imbuh Ahmad.

Dengan begitu, kerugian Pertamina jika harga solar tetap sebesar Rp 1,2 dalam periode Oktober hingga Desember 2016. Namun kerugian tersebut dapat ditutup dari keuntungan yang didapat Pertanina dari penyaluran BBM bersubsidi selama periode Januari hingga September 2016.

Namun pria yang akran disapa AB ini menyerahkan keputusan harga bbm sepenuhnya kepada pemerintah. Hingga saat ini pemerintah memang belum memutuskan harga premium dan solar untuk periode Oktober-November.

Sementara itu, menurut Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari ReforMiner Institute, kenaikan harga solar dan penurunan harga premium kemungkinan besar akan berdampak relatif netral terhadap keuangan Pertamina.

"Yang dinaikan dalam hal ini BBM subsidi yang selisihnya dibayar pemerintah meskipun saat ini ada kendala dari subsidi tetap untuk tiap liternya. Tetapi melihat ada yang naik dan turun dan mencermati volumenya dampaknya kemungkinan akan relatif netral," jelas Komaidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×