Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - PT Pertamina Retail mempertanyakan soal pemberian izin kepada SPBU VIVO yang begitu cepat. Sebab, Pertamina Retail saja dalam menjalankan bisnis di luar negeri belum juga berhasil mendirikan SPBU. Misalnya di Myanmar dan Filipina yang memang syaratnya begitu berat dan sulit.
Direktur Utama PT Pertamina Retail Sofyan Yusuf mengungkapkan, pihaknya mempertanyakan soal izin pendirian SPBU VIVO yang terkesan sangat mudah. Tidak semudah Pertamina mendirikan SPBU di luar negeri. "Kami saja dikadalin di luar negeri, kok bisa memberikan izin ke SPBU VIVO?" ungkap dia kepada KONTAN, Senin (18/9).
Apalagi, kata Sofyan, pendirian dan izin yang diberikan untuk SPBU VIVO berada di Jakarta yang merupakan pasar yang gemuk."Kalau mau mendirikan di luar Jawa atau daerah pinggiran," imbuh dia.
Hal ini bisa mengancam bisnis Pertamina yang memang akan mengurangi penjualan premium (Ron 88). Sementara ada pihak lain yang akan menjual Revvo 88 alias sekelas dengan premium. "Kami rugi menjual premium, belum lagi ada penugasan pemerintah menjual BBM satu harga di daerah, ini seenaknya masuk (SPBU VIVO)," ujar dia.
Sofyan juga curiga dengan jenis BBM yang dijual oleh SPBU VIVO, sebab dengan menjual Revvo 88 berarti akan diolah disini. "BBM-nya darimana? suplai darimana? Pertamina tidak mungkin suplai," ujar dia. Sofyan bahkan memprediksi bahwa Nusantara Energy bukan saja akan menjual BBM di Indonesia, tetapi ada yang lain.
Dia mengungkapkan, di dunia, SPBU VIVO memang ada, tetapi di sana dikelola oleh Shell. "Nah saya gak tahu apakah ini Shell, tapi kok Nusantara Energy? siapa dia?" tanya Sofyan.
Dia mengaku belum diberitahukan oleh BPH Migas dan Kementerian ESDM soal kehadiran pemain baru di bisnis SPBU. "Belum, kami belum diberitahu soal berdirinya SPBU VIVO," imbuhnya. Namun memang pihaknya tidak menampik bahwa lahan yang dipakai oleh SPBU VIVO adalah lahan bekas SPBU Pertamina yang dimiliki mitranya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News