Reporter: Petrus Dabu, Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dua perusahaan plat merah tengah berseteru. PT Pertamina ingin menaikkan harga jual solar kepada PLN agar tidak menderita kerugian. Sementara PLN yang sudah menikmati kenaikan tarif dasar listrik ngotot meminta harga lama.
Pertamina mengklaim harga baru yang mereka minta sesuai rekomendasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yakni 112%–117% dari harga Mean of Plats Singapore (MoPS). Sedangkan PLN meminta tetap di harga lama yakni hanya sebesar 105% dari MoPS. Sedianya harga baru ini berlaku mulai Juli 2014–Desember 2014.
Penetapan harga baru ini menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, sesuai kesepakatan antara Direktur Utama PLN Nur Pamudji dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan tahun lalu. Menurut Hanung, dengan hitungan harga lama yang berlaku sejak tahun 2011, Pertamina terus rugi. Pertamina mengklaim kerugian dengan skema lama sepanjang semester I-2014 mencapai US$ 45 juta. Walhasil, jika PLN tetap ngotot dengan harga lama, Pertamina meminta PLN mencari pemasok solar dari perusahaan lain.
Hanung menceritakan, sejatinya , keluarnya rekomendasi harga oleh BPKP ini merupakan buah permintaan Direktur Utama PLN yang ingin mendapatkan second opinion soal harga wajar solar. "Dan kita sudah menyepakati itu," tandas Hanung, di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa (5/8).
Persoalannya, kini PLN tak mengindahkan rekomendasi BPKP. Karenanya Pertamina menuding PLN telah mengingkari janji dalam skema jual-beli solar ini. Manajemen Pertamina mengklaim telah berbaik hati ke PLN dengan menurunkan harga solar di bawah rekomendasi BPKP. "Harga yang baru belum bisa saya sebutkan," terangnya.
Namun, PLN yang mencetak untung sekitar Rp 12,3 triliun pada semester I-2014 yang lalu tak menggubris harga baru Pertamina ini. Karena tidak ada respon dar manajemen PLN, mulai Agustus ini, Pertamina akan mengeluarkan kebijakan untuk menjual solar ke PLN sesuai harga keekonomian secara bertahap. "Kalau tetap tidak ada niat baik dari PLN, kami jual semua dengan harga keekonomian," tandas Hanung. Bila tetap tidak bersedia, Pertamina mempersilakan PLN mencari pemasok lain.
Menanggapi ini, Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Suryadi Mardjoeki mengatakan, harga yang ditawarkan Pertamina masih terlalu mahal. "Makanya, PLN belum menyepakati," kata dia. Dia hanya menyatakan, bila Pertamina tak mau menjual solar harga murah, PLN hanya pasrah. "Itu hak Pertamina, risikonya listrik di seluruh Indonesia padam," ancamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News