kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pertamina-PLN adu solar, listrik bisa padam


Rabu, 06 Agustus 2014 / 06:25 WIB
Pertamina-PLN adu solar, listrik bisa padam
ILUSTRASI. Glico bakal bangun pabrik untuk produksi Pocky


Reporter: Petrus Dabu, Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Dua perusahaan plat merah tengah berseteru. PT Pertamina ingin menaikkan harga jual solar kepada PLN agar tidak menderita kerugian. Sementara PLN yang sudah menikmati kenaikan tarif dasar listrik ngotot meminta harga lama.

Pertamina mengklaim harga baru yang mereka minta sesuai rekomendasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yakni 112%–117% dari harga Mean of Plats Singapore (MoPS). Sedangkan PLN meminta tetap di harga lama yakni hanya sebesar 105% dari MoPS. Sedianya harga baru ini berlaku mulai Juli 2014–Desember 2014.

Penetapan harga baru ini menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, sesuai kesepakatan antara Direktur Utama PLN Nur Pamudji dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan tahun lalu. Menurut Hanung, dengan hitungan harga lama yang berlaku sejak tahun 2011, Pertamina terus rugi. Pertamina mengklaim kerugian dengan skema lama sepanjang semester I-2014 mencapai US$ 45 juta. Walhasil, jika PLN tetap ngotot dengan harga lama, Pertamina meminta PLN mencari pemasok solar dari perusahaan lain.

Hanung menceritakan, sejatinya , keluarnya rekomendasi harga oleh BPKP ini merupakan buah permintaan Direktur Utama PLN yang ingin mendapatkan second opinion soal harga wajar solar. "Dan kita sudah menyepakati itu," tandas Hanung, di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa (5/8).

Persoalannya, kini PLN tak mengindahkan rekomendasi BPKP. Karenanya Pertamina menuding PLN telah mengingkari janji dalam skema jual-beli solar ini. Manajemen Pertamina mengklaim telah berbaik hati ke PLN dengan menurunkan harga solar di bawah rekomendasi BPKP. "Harga yang baru belum bisa saya sebutkan," terangnya.

Namun, PLN yang mencetak untung sekitar Rp 12,3 triliun pada semester I-2014 yang lalu tak menggubris harga baru Pertamina ini. Karena tidak ada respon dar manajemen PLN, mulai Agustus ini, Pertamina akan mengeluarkan kebijakan untuk menjual solar ke PLN sesuai harga keekonomian secara bertahap. "Kalau tetap tidak ada niat baik dari PLN, kami jual semua dengan harga keekonomian," tandas Hanung. Bila tetap tidak bersedia, Pertamina mempersilakan PLN mencari pemasok lain.

Menanggapi ini, Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Suryadi Mardjoeki mengatakan, harga yang ditawarkan Pertamina masih terlalu mahal. "Makanya, PLN belum menyepakati," kata dia. Dia hanya menyatakan, bila Pertamina tak mau menjual solar harga murah, PLN hanya pasrah. "Itu hak Pertamina, risikonya listrik di seluruh Indonesia padam," ancamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×