Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pertamina terus melakukan aksi akuisisi lapangan-lapangan migas di luar negeri. Setelah melakukan akuisisi empat lapangan migas di Iran dan rencana akuisisi dua lapangan migas di Rusia, kabar terbaru berembus. Pertamina berencana melakukan akuisisi saham Repsol di lapangan Menzel Lejmat North (MLN), Aljazair.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, ada peluang Pertamina menambah kepemilikan saham atau participating interest di lapangan migas di Aljazair. Hal ini karena Repsol berniat menjual kepemilikan sahamnya di lapangan migas tersebut.
"Repsol mau jual, kami sedang negosiasi lapangan yang sekarang. Keuangan Repol sedang rugi, jadi mau jual, sedang negosiasi," katanya, dalam Pertamina Energy Forum, Selasa (13/12).
Dengan pembelian saham Repsol tersebut menjadikan Pertamina memiliki keseluruhan atau 100% saham di salah satu lapangan MLN tersebut. Saat ini saham Pertamina di MLN sebesar 65% dan Repsol 35%. Sekadar kilas balik, Pertamina membeli 65% saham di MLN, 3,37% Ourhoud (OHD) dan 16,9% Lapangan EMK dari ConocoPhillips Algeria Limited (COPAL) dengan nilai total akuisisi US$ 1,75 miliar atau sekitar Rp 17,5 triliun.
Kapasitas fasilitas produksi minyak di lapangan MLN ini mencapai 50 juta barel per hari (mbopd) dan tangki penyimpanan minyak sebesar 120 thousand barrels of oil. Aset lain di Aljazair ada di lapangan OHD. Pertamina memiliki saham sekitar 3,37%. Sisanya Sonatrach 36,15%, Cepsa 39,75%, Anadarko 9,18% ENI 4,59%, Maersk 4,59%, dan Talisman 2,10%.
Lalu Pertamina juga memiliki saham di Lapangan EMK sebesar 16,9%. Sisanya dipegang Sonatrach 37,74%, Anadarko 18,3%, Talisman 9,10%, ENI 9,065%, dan Maersk 9,05%. Kapasitas fasilitas produksi 2×65 juta barel per hari (mbopd).
Total dari tiga lapangan minyak yang mampu memberikan produksi minyak ke Pertamina sebanyak 41.000 barel per hari.
Arief Budiman, Direktur Keuangan Pertamina, menambahkan, investasi Pertamina di tahun depan antara US$ 5 miliar-US$ 6 miliar. Rencananya, dana investasi itu akan digunakan untuk investasi hulu 60%-70%. Jumlah investasi tersebut di luar dana untuk akuisisi lapangan-lapangan migas di luar negeri.
Salah satu anggaran akuisisi lapangan migas yang belum dihitung dalan anggaran investasi tahun depan adalah akuisisi saham Repsol Lapangan MLN di Aljazair tersebut. "Kalau ada akuisisi baru lagi proporsinya lebih banyak lagi," imbuh Arief.
Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengatakan, pola akuisisi Pertamina seperti Petronas, yang banyak mendapat produksi dari luar negeri, yang berporsi 65% sampai 70% dari luar.
"Pertamina sepertinya mengarah ke sana. Cadangan produksi kita menurun. Kalau Pertamina melirik ke luar enggak ada salahnya," ungkap dia.
Dia mengatakan, secara keuangan, Pertamina tentu saja siap. Perputaran uang di Pertamina hampir Rp 1.000 triliun. Namun dengan rencana akuisisi ke luar negeri tentu saja ada biaya-biaya lain yang diefisienkan, sehingga bisa dialokasikan ke sana.
"Pilihannya itu. Yang lain berjalan seperti biasanya. Ada pendanaan keluar seperti bond dan pendanaan lain," ujar dia. Mengeluarkan bond internasional adalah upaya agar sektor hilir tidak terbebani. Cara lain adalah penataan portofolio, misal menjual lebih banyak elpiji 12 kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News