Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pemerintah berharap putaran ke-12 perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan European Free Trade Association (EFTA) dapat memperbesar peluang ekspor ke pasar Eropa.
Perundingan digelar pada 28-31 Maret 2017 di Genewa, Swiss. Duta Besar Soemadi DM Brotodiningrat yang memimpin Delegasi Indonesia pada putaran kali ini menjelaskan, CEPA antara Indonesia dan EFTA akan memberikan manfaat dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
“Penyelesaian Indonesia EFTA CEPA yang dicapai melalui perundingan kali ini merupakan upaya membuka akses pasar yang lebih luas, mendorong ekspor, dan menarik investasi dari kawasan Eropa, terutama dari negara-negara anggota EFTA. Kedua belah pihak optimistis proses perundingan dapat diselesaikan tahun ini sesuai target yang dicanangkan pemerintah,” ujar Soemadi, Rabu (29/3).
Ia menjelaskan, pasar EFTA terintegrasi dengan Uni Eropa via European Economic Area (EEA) dan Swiss-European Union Bilateral Agreement, EFTA juga berpotensi dijadikan pintu masuk produk ekspor Indonesia untuk masuk ke pasar Uni Eropa.
Soemadi menjelaskan, pada putaran ke-12, kedua pihak melanjutkan pembahasan isu-isu di bidang perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, kekayaan intelektual, kerja sama dan pengembangan kapasitas, serta perdagangan dan pembangunan yang berkelanjutan.
“Optimisme perundingan dapat diselesaikan tahun ini didorong adanya kemajuan yang dicapai pada pembahasan beberapa isu strategis yang sempat menjadi penghambat negosiasi (stumbling block) selama ini. Kami meyakini penyelesaian yang cepat akan memberi manfaat bagi Indonesia,” papar Soemadi.
Sementara itu, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan sekaligus Wakil Ketua Perundingan Indonesia-EFTA CEPA, Made Marthini, juga menekankan percepatan perundingan diperlukan untuk menjaga daya saing.
"EFTA telah menyelesaikan CEPA dengan negara-negara di kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Filipina untuk mempertahankan daya saing produk mereka di kawasan Eropa melalui negara-negara EFTA. Oleh karena Indonesia perlu mempercepat penyelesaian perundingan agar tidak kalah bersaing di kawasan Eropa," ujarnya.
Pada putaran ke-12, Juru bicara pihak EFTA ialah Duta Besar Markus Schlagenhof. Pertemuan ini merupakan kelanjutan perundingan sebelumnya yang diselenggarakan pada 27-30 September 2016 di Bandung, Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News