Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GAPPU) merasa bahwa data produksi jagung harus diverifikasi untuk mengetahui berapa produksi jagung yang sebenarnya.
Menurut Anton J. Supit, Ketua Gappu, terdapat berbagai pernyataan Kemtan terkait produksi jagung. Menurutnya, terkadang Kemtan menyatakan produksi jagung mencapai 29 juta ton. Namun, kadang pula mengatakan produksi jagung mencapai 23 juta ton.
Anton menambahkan, bila asumsi produksi jagung sekitar 23 juta ton, maka ketersediaan jagung akan melimpah. Pasalnya, rata-rata kebutuhan pabrik pakan ternak hanya sekitar 8 juta ton per tahunnya.
“Artinya ada selisih 15 juta ton. Tidak jelas dipakai untuk apa saja 15 juta ton tersebut, dan disimpan di mana jagungnya. Karena itu data harus diverifikasi berapa persisnya produksi jagung,” ujar Anton.
Sementara itu, meski produksi jagung melebihi total kebutuhan jagung selama ini. Namun, harga jagung sempat melambung tinggi. “Suatu fenomena yang aneh, tahun lalu saat ada panen malah jagung naik harga,” tambah Anton.
Tahun ini Desianto Budi Utomo, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), pun memperkirakan kebutuhan jagung untuk pakan ternak akan meningkat sebanyak 7% menjadi 7,5 juta – 8 juta ton.
Si sisi lain, Kemtan pun optimistis tahun ini produksi jagung akan kembali meningkat. Kementan mengatakan, tahun lalu produksi jagung dalam Angka Ramalan (ARAM) II sebanyak 27,9 juta ton, dengan kebutuhan jagung sebanyak 18,78 juta ton.
Menurut Kemtan, industri pakan membutuhkan jagung sebesar 9,3 juta ton, peternak mandiri membutuhkan jagung sebanyak 3,6 juta ton, industri pangan sebesar 5,2 juta ton, konsumsi langsung sebanyak 481.879 ton, dan kebutuhan benih sebanyak 125.522 ton. Ada pula jagung yang hilang atau tercecer, di mana jumlahnya sebesar 1,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News