kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani Karet Terlilit Tengkulak dan Cuaca


Rabu, 28 April 2010 / 09:00 WIB
Petani Karet Terlilit Tengkulak dan Cuaca


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Kegigihan petani karet terus diuji. Pasalnya, mereka bukan hanya tidak bisa sepenuhnya menikmati keuntungan di tengah harga karet yang terus merangsek naik, tetapi mereka juga akan terkendala oleh curah hujan yang tinggi yang membikin produksi karet mengkerut.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia akan mengalami curah hujan yang cukup tinggi hingga 3 Mei 2010 ini. Menurut BMKG, hujan badai akan menyapu sepanjang pantai Sumatera, salah satu daerah penghasil karet Indonesia. Terang saja, curah hujan tersebut berpotensi mengikis produksi karet nasional yang selama ini menjadi produsen karet terbesar ke dua setelah Thailand.

Aziz Pane, Wakil Ketua Komite Karet Nasional memperkirakan, produksi karet nasional terancam menyusut 20-30% karena pengaruh cuaca ini. "Karena cuaca, harga karet juga berpotensi naik; padahal situasi politik di Thailand belum beres dan kekeringan di Thailand juga makin menurunkan produksi karet Thailand," kata Aziz, Selasa (27/4).

Tahun lalu, produksi karet alam Thailand mencapai 3,164 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 3,09 juta ton. Tapi, sejak Februari hingga April 2010 produksi karet Thailand merosot lantaran memasuki penghabisan musim dingin. Dus, pengiriman karet dari Thailand akan melambat hingga awal Juni mendatang.

Sementara itu, di pasar Indonesia, Ketua Umum Gabungan pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sutan Amir juga pernah menghitung, karena faktor cuaca ini, produksi karet Indonesia tahun ini tidak bisa melebihi 2 juta ton. Padahal, produksi karet 2009 lalu mencapai 2,4 juta ton dan tahun 2008 mencapai 2,7 juta ton.

Toh, Aziz, Asril maupun produsen karet tak bisa berkutik dengan perubahan cuaca ini. Dampaknya, tentu saja akan berpengaruh ke harga karet dunia. Sayangnya, Aziz tidak membeberkan potensi kenaikan harga karet itu.

Harga jual rendah

Persoalan lain yang membelit petani karet adalah soal panjangnya rantai distribusi yang mengakibatkan petani tidak ikut menikmati keuntungan dari harga karet yang tinggi di pasar internasional.

Aziz menyatakan, sekarang ini harga jual karet dari petani ke tengkulak sangat murah, yaitu Rp 8.000 per kilogram (kg). Padahal, harga di pasar internasional sudah menyentuh US$ 4 per kg. Bila US$ 1 setara dengan Rp 9.000, maka tengkulak menelan untung yang begitu banyak. "Selisih itu terlalu besar untuk tengkulak, petani yang dirugikan," tegas Aziz.

Aziz menyayangkan, selama ini pemerintah tidak pernah menyentuh nasib petani karet yang produksinya dibeli dengan harga yang sangat rendah. "Saya usulkan, pemerintah turun tangan memotong rantai tengkulak yang begitu panjang itu. Jangan lupa, 70% karet dari Indonesia itu dihasilkan dari petani karet rakyat," tandas Aziz.

Menurut Azis, pemerintah bisa mendukung petani karet dengan memberikan dukungan perbankan maupun pembangunan koperasi petani karet. Aziz sudah memulai koperasi tani sudah dimulai oleh koperasi tani karet di Kalimantan Selatan. Aziz menghitung, dengan adanya koperasi tani, maka harga jual karet petani bisa didorong hingga mencapai sekitar Rp 15.000 per kg. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×