Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk (PEHA) berhasil mencapai penekanan signifikan pada beban perusahaan dengan tetap mengutamakan standar kualitas produk melalui implementasi green business yang terintegrasi.
Plt. Direktur Utama Phapros, Ida Rahmi Kurniasih menyatakan, sepanjang kuartal I 2024, Phapros berhasil menekan sekitar Rp 24 miliar pada total Beban Usaha perusahaan,
Kata dia, penurunan beban biaya yang substansial ini adalah hasil dari implementasi program keberlanjutan terintegrasi dalam perusahaan sehingga pengelolaan rantai pasokan dan pemasaran produk menjadi lebih efisien.
Baca Juga: Antimo, Andalan Pemudik, Berkontribusi Lebih dari 12% ke Penjualan Phapros (PEHA)
“Di sisi lain kami juga berhasil menekan beban produksi secara signifikan mencapai lebih dari 22% dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun sebelumnya. Ini merupakan suatu pencapaian bagi Phapros dan merupakan bukti dari komitmen kami untuk menghasilkan dampak positif bagi perusahaan dan juga lingkungan” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (2/5).
Ida menambahkan, meskipun kinerja Perseroan selama kuartal I 2024 mengalami tekanan, namun seluruh jajaran berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan fundamental bisnis, baik dari aspek operasional maupun finansial. Dengan fokus produk, fokus konsumen, penataan keuangan, serta transformasi SDM.
Baca Juga: Phapros (PEHA) Memacu Pertumbuhan Kinerja
Namun, manajemen meyakini momen di triwulan I 2024 ini adalah langkah awal untuk melompat menuju pertumbuhan signifikan ke depannya. Hal ini dibuktikan dengan cashflow Perusahaan yang tetap positif hingga saat ini, serta adanya perbaikan dari sisi biaya.
Untuk itu, pihaknya optimistis atas perolehan di sepanjang 2024 ini. Pembelajaran dari tahun 2023 dan kuartal I 2024, menjadi semangat tersendiri untuk menguatkan kolaborasi dari semua unsur untuk mencapai target di sepanjang tahun.
"Kami secara internal telah menyiapkan beberapa strategi demi terciptanya keunggulan pabrikasi, keunggulan operasional dan keunggulan pemasaran, yang didukung dengan digitalisasi di semua lini dan berbasis pada konsep environment, sustainability dan governance,” ujarnya.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda mengapresiasi langkah perusahaan yang mengusung kebijakan energi bersih. Menurutnya, salah satu isu yang mengemuka adalah isu perusakan hilirisasi industri yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan dalam jangka menengah dan panjang.
Baca Juga: Phapros (PEHA) Targetkan Pendapatan dan Laba Tumbuh hingga 7% di Tahun Ini
“Kita ketahui bersama, daerah-daerah pertambangan seperti nikel ternyata mengalami kenaikan kemiskinan dan ketimpangan.
Kemudian untuk desa-desa dengan ketergantungan sektor tambang mempunyai masalah dari mulai ketersediaan pendidikan, kesehatan, terutama ekologi,” ungkapnya.
Kemudian, tambahnya, soal penggunaan batubara yang harus dikurangi terutama untuk pembangkit listrik.
Kehadiran PLTU selama ini sudah menyebabkan kerugian lingkungan yang cukup signifikan. Dampak turunannya adalah pengembangan EBT juga akan terhambat karena insentif EBT masih relatif kecil.
“Maka jika ada perusahaan, baik negara atau swasta, yang ingin menggunakan energi bersih dalam operasional mereka, itu sangat bagus sekali. Sebuah kebijakan perusahaan yang patut ditiru," kata Nailul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News