Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) memberikan kesempatan pada 36 proyek pembangkit listrik energi baru terbarukann (EBT) untuk mendapatkan kepastian pendanaan (financial close/FC). Padahal, proyek ini termasuk ke dalam 70 proyek yang sudah menandatangani kontrak jua beli atau Power Purchase Agreement (PPA) pada tahun 2017 lalu.
Normalnya, kontrak PPA itu akan dicabut jika selama 12 bulan proyek yang bersangkutan tidak bisa mencapai FC. Namun, menurut Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan, pihaknya memberikan kesempatan lantaran sejumlah proyek tersebut dinilai masih berpotensi untuk mendapatkan pendanaan.
Djoko bilang, PLN pun memfasilitasi perusahaan pemegang proyek supaya bisa mencapai FC. Yakni dengan mendatangkan konsultan untuk melakukan supervisi secara teknis studi dan kelayakan proyek, serta mempertemukannya dengan lembaga pembiayaan seperti dari Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) dan melalui skema Pembiayaan Investasi Non-Anggaran pemerintah (PINA) dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Berdasarkan hasil evaluasi dan rekomendasi dari konsultan dan lembaga pembiayaan itu lah, nantinya nasib sejumlah proyek itu akan ditentukan. "Tidak bisa (langsung putus kontrak) kan sudah ngeluarin modal, seperti bikin studi. Jadi kita kasih kesempatan, kalau tertarik (konsultan dan lembaga pendanaan), kita bantu perpanjangan," terang Djoko yang juga menjabat sebagai Pembina EBT PLN, saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/1).
Yang jelas, berdasar data yang diperoleh Kontan.co.id, dari 36 proyek yang belum FC itu, sembilan diantaranya akan dibantu pendanaan oleh PINA Bappenas. Kesembilan tersebut merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) dengan total kapasitas 52,3 MW.
Menurut Djoko, ada sejumlah kriteria supaya proyek bisa mendapatkan pendanaan. Misalnya, tingkat menarik atau tidaknya proyek tersebut dari sisi si pemberi pinjaman (bankable), serta berkaitan dengan studi kelayakan teksnis (Feasibility Study/FS) dari proyek tersebut.
"(Proyek) itu bankable atau tidak? artinya dia (perusahaan) harus punya modal 30%, karena bank mensyaratkan untuk mendanai 70%. Lalu FS, kalau belum ada, bank tidak berani, untuk jaminan juga," jelas Djoko.
Lebih lanjut, Djoko menjelaskan, secara keseluruhan dari 70 proyek berkapasitas total 1.214,2 Megawatt (MW) yang sudah PPA pada tahun 2017, empat di antaranya sudah Commercial Operation Date (COD) dengan kapasitas total 27 MW. Berdasrkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), nilai investasi dari keempat proyek tersebut sebesar Rp 718,9 miliar.
Sebanyak 29 proyek dengan kapasitas total 782,8 MW ada dalam tahap konstruksi. Selanjutnya, 36 proyek berkapasitas total 403,2 MW belum mencapai FC.
Dari 36 proyek yang belum FC itu, Djoko mengatakan bahwa 10 proyek setara 271,8 MW sudah efektif, sedangkan 26 proyek dengan kapasitas 131,4 MW masih belum efektif. Hal ini dilihat dari sejumlah kriteria, seperti penyerahan jamina sebesar 10%, jaminan penawaran 1%, dan potensial atau kepastian untuk mendapatkan pendanaan.
Hanya saja, ada satu proyek yang dinyatakan terminasi atau pemutusan kontrak PPA, yakni pembangkit berjenis PLTMH berkapasitas 1,2 MW yang bertempat di Lampung. Meski tak bisa memastikan kapan waktunya, namun DJoko mengatakan bahwa proyek ini nantinya akan kembali dilelang.
"Karena dia (perusahaan/proyek) tidak bisa apa pun, tidak ada modal, jaminan pelaksanaan tidak bisa, ya sudah kita tutup," ujarnya.
Sementara itu, untuk tahun ini, Djoko masih belum bisa memastikan ada berapa proyek yang akan FC, dan berapa proyek yang akan berkontrak PPA. Hanya saja, ia memastikan bahwa untuk tahun ini, PLN akan lebih selektif lagi untuk mendatangani PPA.
"Kita lebih hati-hati, supaya tidak cuma jual kontrak, terus jadi makelar dan rente," ungkapnya.
Adapun, sepanjang tahun 2018, ada lima proyek pembangkit EBT yang berkontrak PPA dengan total kapasitas 366,9 MW. Satu di antaranya, yakni PLTBg PT Sawit Graha Manunggal telah COD pada Oktober 2018.
Sisanya, PLTBm Deli Serdang masuk persiapan FC, PLTM Sita masuk tahap kontruksi. Sementara dua sisanya, yakni PLTA Merangin baru PPA pada 15 November 2018 dan PLTSa Solo baru PPA pada 28 Desember 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News