kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.521.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.656   -53,00   -0,34%
  • IDX 7.788   -1,42   -0,02%
  • KOMPAS100 1.207   0,14   0,01%
  • LQ45 955   0,37   0,04%
  • ISSI 235   -0,75   -0,32%
  • IDX30 493   0,55   0,11%
  • IDXHIDIV20 587   -1,48   -0,25%
  • IDX80 137   -0,05   -0,03%
  • IDXV30 143   -0,04   -0,03%
  • IDXQ30 163   -0,09   -0,06%

PLN di area Sumba tekor karena BBM


Minggu, 29 April 2012 / 13:30 WIB
PLN di area Sumba tekor karena BBM
ILUSTRASI. Liverpool vs Newcastle di Liga Inggris: The Reds wajib poin penuh lawan The Magpies. REUTERS/Nick Potts


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Dupla Kartini

WAINGAPU. Biaya pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) menyebabkan neraca keuangan PT Perusahaan Listrik Negara di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa selalu defisit. Pada triwulan I tahun 2012 saja, pendapatan perusahaan milik negara ini hanya Rp 8,6 miliar.

Padahal biaya operasional, termasuk gaji karyawan di area Pulau Sumba mencapai Rp 38,323 miliar. “Defisitnya gila-gilaan,” ujar Asisten Manajer Keuangan PLN area Sumba Yahya Hadji di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, akhir pekan (26/4).

Yahya mengatakan, sebagian besar biaya operasional habis untuk membeli Bahan Bakar Minyak. Pada triwulan I 2012, total dana yang dihabiskan untuk membeli BBM mencapai Rp 25,154 miliar.

PLN area Sumba mencakup empat kabupaten di Pulau Sumba, yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Jumlah pelanggan saat ini mencapai sekitar 33.000 pelanggan. Mayoritas pelanggan, yaitu 70% adalah pelanggan rumah tangga dengan kapasitas 450 KV dan 900 KV.

Manajer area PLN Sumba, Tige W. Kale menyebut, rata-rata produksi listrik yang dihasilkan PLN area Sumba setiap bulan mencapai 3.919.211 kWh, dan kebutuhan Bahan Bakar Minyak sebesar 943.667 liter per bulan atau sekitar 11.000 kilo liter per tahun.

Kale mengakui, beban biaya operasional terbesar untuk pembelian BBM. Tahun lalu, total biaya yang dikeluarkan untuk membeli BBM sebanyak Rp 88,021 miliar. “Biaya operasional secara keseluruhan pada tahun 2011 mencapai Rp 130,448 miliar,” ujarnya.

Oleh karena itu, seperti neraca keuangan pada triwulan I 2012, neraca keuangan pada 2011 lalu juga defisit karena total pendapatan pada tahun tersebut hanya sebesar Rp 30,504 miliar.

Bertekad elminasi BBM

Mahalnya harga BBM, membuat rata-rata biaya pokok produksi listrik di area Sumba pada triwulan I 2012 ini sebesar Rp 3.500 per kWh. Padahal, kata Kale, sekitar 83% pelanggan PLN di Sumba adalah golongan rumah tangga.

Karena mahalnya, biaya pokok produksi listrik ini, Direktur Operasi Indonesia Timur PT PLN (Persero) Vicner Sinaga bertekad untuk mengeleminasikan BBM dari proses produksi listrik di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk di area Sumba.

“Apa pun kami lakukan untuk mengurangi BBM, ada yang dengan energi matahari, ada dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, juga kita tau ada potensi bayu (energi dari angin) di NTT. Karena itu PLN sekarang berupaya untuk merealisasikan ini semua (energi baru dan terbarukan),” ujar Vicner saat melakukan kunjungan kerja ke PLN area Sumba, Kamis (26/4).

PLN menargetkan sebelum tahun 2020 nanti, Pulau Sumba menjadi ikon pengguna energi baru dan terbarukan yang 100% sumber listriknya berasal dari sumber daya air, matahari, dan bayu (angin).

Saat ini,total kapasitas pembangkit di PLN area Sumba mencapai 10.905 KW. Mayoritas diproduksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang menggunakan BBM, yaiu sebesar 8.105 KW.

Produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yaitu dari PLTMH Lokomboro unit I di Sumba Barat sebesar 800 KW. PLN area Sumba juga menyewa genset dari pihak lain dengan total kapasitas mencapai 2.000 KW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×