kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN melelang 50 unit terminal gas terapung


Senin, 25 September 2017 / 10:53 WIB
PLN melelang 50 unit terminal gas terapung


Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membuka lelang pengadaan terminal gas terapung atawa floating storage regasification unit (FSRU). Terminal ini akan dipakai untuk menyuplai gas pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). PLN butuh 50 FSRU ukuran jumbo dan mini.

Sebagai gambaran, kebutuhan dana investasi untuk membangun FSRU skala besar adalah sekitar US$ 210 juta per unit. Sementara, untuk membangun FSRU mini kebutuhan dana sekitar US$ 50 juta. Jika dihitung, nilai tender dari 50 unit FSRU mini bisa mencapai US$ 2,5 miliar.

Jumlah kebutuhan FSRU tersebut bertambah dari rencana awal PLN cuma tiga unit FSRU yakni di Sumatra Bagian Utara (Sumbagut), Muara Tawar Jakarta, dan Gorontalo Sulawesi Selatan.

Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN, Supangkat Iwan Santoso menyatakan, rencana pembangunan 50 unit FSRU ini menyesuaikan pembangkit-pembangkit yang tersebar di Indonesia tengah dan Indonesia timur. Seperti FSRU Belawan untuk pembangkit listrik Sumut 3. "Mungkin butuh sekitar 50-an lokasi, kecil-kecil, mini LNG, FSRU-nya kecil," kata Iwan (22/9).

Pembangunan FSRU juga nantinya menyesuaikan floating storage LNG atau hub yang akan dibangun PLN. Pasalnya tidak semua FSRU bisa langsung memproses LNG.

Khusus FSRU mini, pasokan gas akan didapat dari LNG yang diambil dari storage LNG atau hub. "Nanti dibawa ke hub baru disebar ke kapal kecil untuk mengisi. Nanti tiap kluster ada satu hub. Contoh (FSRU) Bangka Belitung hubnya Pontianak," kata Iwan.

Pasokan gasnya sendiri akan didapat dari pasokan LNG Train 3 Tangguh dan LNG Bontang. Jika pasokan LNG tersebut masih kurang untuk memenuhi bauran energi gas sebesar 25% pada 2025, maka Iwan bilang, PLN akan menambah kontrak LNG dari Train 3 atau Donggi Senoro.

PLN tidak akan membangun 50 unit FSRU tersebut secara mandiri, namun akan menggandeng pihak lain. Contohnya proyek FSRU Gorontalo yang sedang proses tender. Tender FSRU ini akan terpisah dengan tender pembangkit listrik yang akan dibangun di kawasan tersebut.

Pada FSRU Gorontalo, PLN merancang berkapasitas 20 billion british thermal unit per day (BBTUD). FSRU ini rencananya akan digunakan untuk pembangkit listrik berkapasitas kurang dari 100 Megawatt (MW).

Selain FSRU Gorontalo, PLN juga akan melelang FSRU Belawan. Bedanya, tender FSRU Belawan akan terintegrasi dengan pembangkit listrik. Ada juga tender proyek FSRU Indonesia tengah. Saat ini sudah memasuki proses penawaran. Pengumumannya pertengahan November 2017.

FSRU Kurang ekonomis

Saat PLN gencar membangun FSRU, Ketua Harian Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengingatkan, pengembang listrik tertarik berinvestasi selama suplai terjamin. Ia menyebut logistik gas dalam negeri tidak semudah batubara. "Perlu jaringan distribusi pipayang memadai dari sumber gas ke pembangkit listrik," kata dia, Minggu (27/9).

Dia juga menyatakan, PLTG yang di daerah terpencil paling susah karena sulit terjangkau sumber gas. Meskipun ada FSRU perlu ada komitmen pasokan gas. "Gas lebih murah dibandingkan PLTD dan ramah lingkungan. Tapi terkendala sisi logistik karena supply chain-nya yang masih langka, sehingga hitungannya tidak ekonomis," kata dia. Selain itu perlu tambahan investasi LNG hub di beberapa titik strategis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×