kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLTS Nunukan terangi wilayah perbatasan


Senin, 12 Maret 2018 / 14:48 WIB
PLTS Nunukan terangi wilayah perbatasan
Peresmian PLTS Nunukan


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) meresmikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terpusat di desa Tepian, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (10/3).

Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana mengatakan sesuai visi nawacita pihaknya memprioritaskan penyediaan listrik di daerah-daerah terdepan, terluar dan terpencil (3T). Maka dari itu PLTS desa Tepian berkapasitas 75 KW ini dapat menerangi sekitar 140 rumah dan empat fasilitas umum (fasum) dengan perhitungan masing-masing rumah (kecuali fasum) memperoleh daya 220 W dengan batasan penggunaan sebesar 600 Wh.

"Listrik bukan hanya sekadar menerangi namun sudah merupakan peradaban, anak-anak bisa belajar malam hari dengan baik, mengaji pada malam hari bisa lebih lama, dan juga bisa searching internet sehingga terhubung dengan dunia luar," terang Rida melalui siaran pers, Senin (12/3).

Apalagi, kata Rida, kabupaten Nunukan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia, sehingga ini menjadi pengikat NKRI. Hal inilah yang menjadi alasan Presiden membangun dari daerah terdepan (daerah perbatasan) supaya tidak ada lagi WNI yang memilih untuk pindah kewarganegaraan karena pembangunan yang timpang dengan negara tetangga.

Dana pembangunan PLTS ini sebesar Rp. 5,9 miliar, dan telah beroperasi sejak Desember 2017. 

Kepala Desa Tepian Nurdiansyah mengatakan pembangunan PLTS ini meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa, khususnya di sektor pertanian dan pendidikan.

"Dulu pengolahan hasil pertanian masih manual, sekarang sudah pakai alat-alat elektronik sehingga berdampak pada meningkatnya hasil produksi," kata Nurdiansyah.

Sebelum dibangunnya PLTS ini, kata Nurdiansyah, warga hanya mengandalkan pencahayaan tradisional seperti lilin dan petromak. Hanya segelintir warga dapat menikmati listrik yang bersumber dari genset, dengan konsekuensi harga yang harus dibayar sangat besar. 

Penggunaan genset menghabiskan dana hingga Rp. 2 juta per bulan per orang. Sedangkan, untuk menikmati listrik dari PLTS ini, warga dibebankan iuran hanya sebesar Rp.50.000 per orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×