kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.909.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.295   -7,00   -0,04%
  • IDX 7.199   85,36   1,20%
  • KOMPAS100 1.050   12,00   1,16%
  • LQ45 810   8,01   1,00%
  • ISSI 232   2,92   1,27%
  • IDX30 421   4,28   1,02%
  • IDXHIDIV20 494   4,12   0,84%
  • IDX80 118   1,20   1,03%
  • IDXV30 120   1,65   1,39%
  • IDXQ30 136   1,10   0,82%

POKKA gandeng Dima masuk industri teh hijau


Selasa, 26 Mei 2015 / 17:36 WIB
POKKA gandeng Dima masuk industri teh hijau
ILUSTRASI. Chief Marketing Officer AstraPay Reny Futsi Yama (tengah) menjelaskan berbagai promo kepada pengunjung Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE BSD, Tangerang (19/8/2023). Tahun ini menjadi tahun ke-3 bagi AstraPay untuk mendukung transaksi digital di GIIAS dengan e-money yang memberikan sejumlah promo. Hingga hari ke-8 penyelenggaraan GIIAS 2023, AstraPay telah membukukan sebanyak lebih dari 14 ribu transaksi. (Foto Dok. AstraPay)


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industri teh hijau menawarkan kesegaran laba bagi para investor. Perusahaan asal Jepang, POKKA, menggandeng perusahaan lokal DIMA International, untuk terjun di industri minuman teh hijau dalam kemasan.

Faiz Ahmad, Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kementerian Perindusrian mengatakan bahwa ada investasi baru di industri minuman teh hijau dalam kemasan. "POKKA dari Jepang, kerjasama dengan PT Dima International dari Indonesia mau masuk ke industri teh hijau dalam kemasan," ujar Faiz pada Selasa (26/5). Namun ia mengaku tidak ingat nama perusahaan patungan itu.

Ia mengatakan untuk tahap awal, perusahaan ini akan memproduksi teh hijau dengan kerjasama toll manufacturing dengan PT Hokan Indonesia, yang berlokasi di Bogor. Dalam tahap berikutnya perusahaan akan bangun pabrik sendiri di Garut yang diharapkan beroperasi 2017.

Faiz mengatakan, saat berkunjung ke kemenperin untuk konsultasi soal toll manufacturing, baik POKKA dan DIMA tidak menyebutkan nilai investasinya. "Tapi kira-kira kalau mau bikin pabrik air minum berasa itu, kira-kira US$ 50 juta - US$ 80 juta. Bahan baku utama air, mesin-mesin pengolahannya sederhana. Investasi lebih kepada pembelian mesin, tanah, bahan baku konsentratnya dan lain-lain," ujar Faiz.

Pada kesempatan berbeda, Trijono Prijosoesilo, Ketua Asosiasi Minuman Ringan mengatakan bahwa pihaknya belum mendengar kabar investasi itu sebelumnya. "Kami menyambut baik kedatangan mereka. Bisa memberikan investasi, lapangan pekerjaan, ada opsi baru ke konsumen," ujar Trijono pada KONTAN, Selasa (26/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×