Reporter: Agung Hidayat, Lita Febriani | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan ini, Google meramaikan pasar telepon seluler (ponsel) di Indonesia. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu merilis ponsel fitur dengan kemampuan terbatas. Meski begitu, ceruk pasar yang besar di tanah air membuat vendor ponsel lain tak merasa terancam.
Ponsel fitur Google berjuluk Wizphone merupakan hasil kongsi dengan PT Wiz Indonesia Nirwan. Dalam ponsel seharga Rp 99.000 per unit tersebut, tersemat fasilitas Google Assistant. Dan, saluran penjualannya melalui jaringan gerai ritel modern Alfamart.
Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) tak kaget dengan ekspansi Google. Pasalnya, meskipun perkembangan terkini mengarah pada ponsel pintar dan teknologi 4G ke atas, pasar ponsel fitur sejatinya masih berdering.
AIPTI mencatat, ponsel fitur yang biasanya mentok menangkap sinyal 3G masih punya peminat hingga sekitar 10 juta unit per tahun. Sebagai perbandingan, pasar smartphone 4G mendominasi sampai 50 juta60 juta unit setahun di negara kita.
Potensi konsumen ponsel fitur di Indonesia memang masih besar. Sebab, infrastruktur jaringan internet Indonesia belum merata. "Tentu, Google menyasar negara-negara berkembang seperti di sini," ujar Ali Soebroto, Ketua Umum AIPTI, kepada Kontan.co.id, Jumat (7/12).
Dalam pengamatan AIPTI, bukan kali pertama Google menempuh strategi peluncuran gawai dengan harga miring. Beberapa waktu lalu di negara asalnya, Google mengembangkan laptop
seharga US$ 100 per unit. Namun, AIPTI tak bisa menaksir berapa besar potensi pasar ponsel dengan harga murah tersebut.
Aryo Meidianto, Public Relations Manager Oppo, berpendapat, migrasi pengguna ponsel terjadi saban tahun. Seiring edukasi produk dan tingkat ekonomi yang meningkat, perlahan konsumen ponsel fitur bakal beralih ke ponsel pintar alias smartphone. Adapun Oppo masih setia menggarap ponsel cerdas di Indonesia dengan target pasar menengah ke atas.
Segendang sepenarian, PT Samsung Electronics Indonesia dan PT Vivo Communication Indonesia juga tetap percaya diri dengan potensi bisnis ponsel pintar yang masih terbuka lebar di negeri ini.
Tapi, Samsung mengaku terlecut untuk mencoba bermain di segmen ponsel fitur berharga miring. "Ini lewat kerjasama dengan pihak lain," ungkap Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Indonesia, ketika dihubungi Kontan.co.id kemarin (7/12).
Sementara Vivo bergeming dengan pilihan bisnisnya. Edy Kusuma, Brand Manager Vivo Indonesia, memastikan, perusahaannya tidak akan terpengaruh dengan kreativitas produk yang dikeluarkan oleh pesaing. Soalnya, mereka percaya Indonesia merupakan pasar yang sangat besar untuk telepon seluler pintar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News