Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium untuk kali ketiga sejak Presiden Joko Widodo resmi menjabat, tidak membuat perpindahan konsumsi yang besar, seperti kenaikan sebelumnya.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang memperkirakan jumlah konsumen premium yang hijrah mengkonsumsi pertamax hanya 2%, maksimal 4%. Meski begitu, perpindahan konsumen ini tentu mengerek konsumsi pertamax.
“Sebanyak 2%-4% konsumen premium pindah pertamax, sehingga konsumsi pertamax naik 10%-20%,” ujar Ahmad kepada Kompas.com, Minggu (29/3/2015).
Bambang membenarkan, kenaikan konsumsi pertamax ini jauh lebih rendah dibanding kenaikan konsumsi pertamax pada saat harga premium naik Rp 2.000 per liter, menjadi Rp 8.500 per liter, pada 17 November 2014 lalu.
Pada saat itu, konsumsi pertamax dalam dua-tiga bulan paska-kenaikan diprediksi melonjak 400 persen, menjadi 10.000 kiloliter per hari. “Karena dulu sudah besar (kenaikan konsumsi pertamax), ya sekarang tidak lagi bisa besar, kecuali jika selisih harga (premium-pertamax) di rentang Rp 500 – Rp 800,” ucap Ahmad.
Sebelumnya, pemerintah melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan premium untuk Wilayah Penugasan luar Pulau Jawa, Pulau Madura, dan Pulau Bali (Jamali), naik masing-masing Rp 500 per liter dari harga lama. Harga premium di Wilayah Penugasan sebesar Rp 7.300 per liter.
Sementara itu, Pertamina juga menaikkan harga premium menjadi Rp 7.400 per liter untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Adapun harga pertamax tetap dibanderol Rp 8.600 per liter.
Pertamina menjelaskan, harga pertamax tidak mengalami kenaikan, sebab harganya sudah naik pada awal Maret 2015, dari Rp 8.250 menjadi Rp 8.600 per liter. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News