kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.452.000   -12.000   -0,82%
  • USD/IDR 15.205   -60,00   -0,40%
  • IDX 7.642   114,20   1,52%
  • KOMPAS100 1.191   18,71   1,60%
  • LQ45 953   14,44   1,54%
  • ISSI 230   3,47   1,53%
  • IDX30 490   7,75   1,61%
  • IDXHIDIV20 589   10,01   1,73%
  • IDX80 136   1,84   1,38%
  • IDXV30 143   2,16   1,54%
  • IDXQ30 164   2,59   1,61%

Produksi domestik masih terbatas, industri tekstil masih impor serat


Minggu, 15 Januari 2012 / 16:28 WIB
Produksi domestik masih terbatas, industri tekstil masih impor serat
ILUSTRASI. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti berpose saat ditemui di Pangandaran, Tasikmalaya,


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Produksi serat bahan baku tekstil di dalam negeri pada tahun ini diperkirakan belum banyak berubah dari tahun sebelumnya. Untuk itu, sebagian besar kebutuhan industri tekstil dan produk tekstil masih harus diimpor.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, sebenarnya ada tiga perusahaan serat polyester yang sedang melakukan penambahan kapasitas yaitu PT Indorama Synthetics Tbk (INDR), PT Asia Pasific Fibers Tbk (POLY) dan PT Mutu Gading. "Tapi tahun ini baru penambahan dari Indorama yang mulai beroperasi, itu pun di akhir tahun," kata Redma, Minggu (15/1).

Kapasitas produksi serat sintetik secara nasional pada tahun 2011 mencapai 535.000 ton per tahun. Dengan adanya tambahan dari Indorama di akhir tahun, kapasitas terpasangnya akan bertambah 5%. Sedangkan pada tahun 2013, setelah penambahan kapasitas POLY dan Mutu Gading selesai, kapasitas nasional akan bertambah 12%.

Pada tahun ini, kapasitas produksi serat Rayon juga akan sedikit bertambah dengan ekspansi yang dilakukan oleh PT South Pacific Viscose (SPV). Tapi penambahan kapasitas pabrik itu juga baru akan beroperasi efektif pada akhir 2012.

Pada tahun 2011, produksi serat baik kapas, sintetik maupun rayon mencapai 931.000 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 359.000 ton diekspor dan sisanya 572.000 ton dipakai di dalam negeri. Sementara itu, kebutuhan di dalam negeri mencapai 1,33 juta ton. Dengan demikian, industri tekstil masih harus mengimpor serat sekitar 763.000 ton.

Tapi, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menilai, fenomena impor merupakan dinamika yang harus terjadi. Impor yang dilakukan juga bisa meningkatkan daya saing produk dalam negeri. "Impor sebagian besar bahan baku yang akan direekspor dalam bentuk garmen," katanya.

Meski demikian, Ade mengakui dengan produksi serat di dalam negeri yang terbatas, maka impor yang akan dilakukan juga akan terus bertambah tiap tahun. Hal itu terjadi karena kebutuhan serat tiap tahun terus meningkat.

Catatan dari APSyFI, produksi industri serat pada tahun lalu cenderung stagnan. Volume impor kapas dan rayon sedikit turun sekitar 2%. Sedangkan volume impor polyester naik 99%. Harga rata-rata satuan ekspor serat polyester sudah naik dari US$ 1,29 per kg menjadi US$ 1,79 per kg. Sedangkan harga satuan impor polyester naik dari US$ 1,44 per kg menjadi US$ 2,05 per kg. Hingga awal tahun ini harga belum menunjukan tanda-tanda akan turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×