kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.510.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 15.565   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.789   16,39   0,21%
  • KOMPAS100 1.206   -1,84   -0,15%
  • LQ45 954   -7,01   -0,73%
  • ISSI 236   1,17   0,50%
  • IDX30 492   -2,07   -0,42%
  • IDXHIDIV20 588   -4,32   -0,73%
  • IDX80 137   -0,37   -0,27%
  • IDXV30 143   0,88   0,62%
  • IDXQ30 163   -1,25   -0,76%

Produksi lokal naik, impor sapi bakalan menurun


Selasa, 03 Februari 2015 / 16:23 WIB
Produksi lokal naik, impor sapi bakalan menurun
ILUSTRASI. Ikan Bakar Colo-colo adalah salah satu keberagaman kuliner asli Indonesia yang berasal dari Maluku


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Impor sapi bakalan perlahan-lahan mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya pasokan sapi dalam negeri. Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat realisasi impor sapi bakalan sepanjang tahun 2014 sebanyak 705.419 ekor dari izin kuota impor sebanyak 877,955 ekor. Bandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar 409.137 ekor.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemdag Partogi Pangaribuan mengatakan Kemdag berusaha mengurangi impor sapi bakalan untuk mendongkrak dan memacu produksi sapi lokal.

Ia mengatakan akan ada pengurangan impor sapi bakalan sepanjang tahun 2015 ini. Hal itu mulai terlihat dengan hanya memberikan kuota impor sapi bakalan triwulan I-2015 sebanyak 100.000 ekor saja.

"Kami akan terus evaluasi ketersediaan pasokan sapi dalam negeri. Kalau memang pasokan sapi dalam negeri banyak, kita akan sesuaikan dengan kuota impor sapi pada triwulan berikutnya," ujar Partogi, Selasa (3/2).

Pemerintah, kata dia, juga tidak khawatir pembatasan kuota impor sapi ini mendorong harga sapi semakin tinggi. Pasalnya, pasokan sapi dalam negeri dinilai telah mulai bisa memenuhi kebutuhan daging sapi.

Menurut Partogi, Kemdag masih belum menentukan berapa kuota impor daging sapi sepanjang 2015. Namun bila, Kemdag hanya mengizinkan impor sapi bakalan 100.000 ekor per kuartal, maka dalam setahun 2015, impor sapi bakalan sebanyak 400.000 ekor, atau setengah dari izin kuota impor sapi bakalan tahun 2014.

Partogi menjelaskan Kemdag hanya membatasi kuota impor sapi bakalan. Sementara impor daging sapi masih dibebaskan diimpor berapa pun banyaknya. Namun untuk impor secondary cut dan jeroan mulai tahun ini dilarang. Pasalnya, Kemdag ingin memberdayakan jeroan dan secondary cut yang ada dalam negeri. "Kalau mau makan jeroan, ya kita dorong untuk membeli jeroan produk sapi dalam negeri saja," ujar Partogi.

Kemdag tidak akan lagi memberi izin untuk impor jeroan dan secondary cut untuk seterusnya. Dengan demikian, mau tidak mau, importir hanya bisa mengimpor daging beku sampai Indonesia bisa mencapai swasembada daging tiga tahun yang akan datang. 

Sepanjang 2014 lalu, Kemdag mencatat realisasi impor daging industri 8.566 ton, prime cut 3.298 ton dan pensi 1.269 ton.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan pengurangan kuota impor sapi bakalan pada tahun 2015 membuka kesempatan bagi pengusaha sapi lokal untuk meningkatkan produksinya. Ia bilang, jumlah peternak sapi lokal saat ini mencapai sekitar 5 juta  orang. 

Mereka ini sebagian besar adalah peternak sapi skala rumah tangga dan bukan industri. Di sisi lain, ia optimis larangan impor secondary cut dan jeroan tidak akan membuat sapi lokal berkurang secara signifikan karena permintaan terhadap jeroan meningkat. "Pasokan sapi dalam negeri tidak akan terganggu," terang Teguh.

Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian mencatat realisasi impor sapi hidup sepanjang tahun 2014 sebanyak 697.550. Angka ini berbeda dengan catatan dari Kemdag sebanyak 705.419 ekor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×