Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Dalam mengelola usaha tambangnya, PT Freeport Indonesia juga membutuhkan semen yang cukup banyak. Saban tahun, perusahaan tambang ini membutuhkan sedikitnya 180.000 ton semen, diantaranya untuk program community social responsibility.
Celakanya, Freeport harus mengeluarkan biaya mahal. Soalnya, selama ini mereka mengambil semen itu dari pabrik PT Semen Gresik di Cibinong. "Ongkos kirimnya tinggi," kata Direktur Utama Freeport Armando Mahler, Rabu (24/5). Makanya, Freeport mengusulkan produsen semen atau pemerintah membangun pabrik di Papua.
Bak gayung bersambut, pemerintah provinsi paling timur Indonesia itu sedang mengkaji pendirian pabrik semen di Timika dengan nilai investasi US$ 170-200 juta. Untuk tahap pertama, produksinya bisa mencapai 500.000 per tahun. Produksi tersebut setara dengan kebutuhan semen tahunan di Papua.
Cuma, Armando buru-buru menegaskan bahwa perusahaannya tidak akan berinvestasi di sektor semen. "Itu bukan core business kami," jawabnya. Tapi, Freeport bakal membantu kebutuhan studi serta tenaga ahli agar pembangunan pabrik semen itu bisa terealisasi. Ia berharap, Papua sudah punya pabrik tersebut tahun 2012 nanti. Januari lalu, manajemen Freeport menyatakan bahwa perusahaannya sudah menyisihkan dana US$ 100 juta untuk membangun pabrik semen di Timika.
Namun, Direktur Utama Bosowa Corporation Erwin Aksa menilai, rencana pemerintah Papua itu sulit terlaksana tanpa dukungan infrastruktur pendukung seperti listrik. Apalagi, pasar semen Papua terbilang kecil sehingga membuat produsen khawatir tidak menguntungkan.
Sebetulnya bahan baku Semen di Papua melimpah. Cuma, pasar yang terlampau kecil membuat produsen berpikir dua kali. Erwin mencontohkan, kondisi Papua mirip dengan PT Semen Kupang yang sulit bertahan akibat rendahnya produksi.
Erwin menghitung, pasar semen di Papua termasuk Kupang hanya 600.000 ton per tahun. Selama ini, kebutuhan wilayah Papua banyak disuplai dari Makasar, Sulawesi Selatan. “Pasarnya tersebar sehingga angkutan logistik susah dilakukan,” kata Erwin.
Dia mengklaim, sekitar 40% pasar semen Papua dikuasai Bosowa. Cuma, perusahaan akan sulit membangun pabrik semen di Papua. Kata dia, pemerintah Papua harus membenahi infrastruktur listrik dan pelabuhan jika ingin rencana pembangunan pabrik semen itu terlaksana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News