Reporter: David Oliver Purba | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perusahaan perakitan pesawat terbang milik negara, PT Dirgantara Indonesia, tengah merampungkan pembuatan prototipe pesawat perintis N219. Pesawat berkapasitas angkut 19 penumpang ini ditargetkan muncul ke depan publik November nanti.
Kepala Divisi Perencanaan Dirgantara Indonesia Sonny Saleh Ibrahim mengatakan, pesawat untuk misi penerbangan antarpulau ini telah dipesan tiga maskapai penerbangan, yakni PT Aviastar Mandiri, PT Trigana Air, dan PT Nusantara Buana Air. "Sudah ada yang pesan," ungkap Sonny kepada KONTAN, Jumat (23/10).
Meski enggan menyebutkan jumlah pesanan masing-masing maskapai, Sonny memperkirakan, total pesanan pesawat berjumlah sekitar 30 unit. Adapun harga pesawat N219 ini sekitar US$ 4 juta sampai US$ 5 juta, atau Rp 52 miliar – Rp 65 miliar dengan kurs Rp 13.000 per dolar AS.
Jika pesanan 30 unit terpenuhi, nilai transaksinya diperkirakan US$ 120 juta sampai US$ 150 juta. Untuk memproduksi pesawat ini, Dirgantara Indonesia akan menyerap 40%-50% komponen lokal. Selain meningkatkan kemampuan industri domestik, komponen lokal bertujuan untuk efisiensi produksi.
Untuk keperluan produksi, Dirgantara Indonesia saat ini tengah mengurus perizinan yang setidaknya butuh waktu setahun. Tak hanya untuk pasar domestik saja, Sonny akan memasarkan pesawat ini ke negara-negara ASEAN lain.
Dalam hitungan Sonny, kebutuhan pesawat perintis ukuran N219 mencapai 800 unit hingga 20 tahun ke depan. Untuk ambil peluang ini, Dirgantara Indonesia akan meningkatkan kemampuan produksi. "Produksi tahun pertama empat pesawat, tahun berikutnya naik jadi delapan unit dan naik lagi menjadi 12 unit pesawat pada tahun selanjutnya," jelas Sonny.
Selain pesawat N219, Dirgantara Indonesia tengah mempersiapkan pesawat N245 berkapasitas angkut 50 orang. Untuk pesawat ini, Dirgantara Indonesia masih dalam proses penghitungan biaya produksi dan pembuatan prototipe yang diperkirakan rampung 3 tahun–4 tahun. Dalam hitungan sementara, harga pesawat N245 diproyeksikan US$ 19 juta-US$ 20 juta.
Rusia ajak kerjasama
Selain maskapai penerbangan, produksi pesawat Dirgantara Indonesia mendatangkan minat dari Rusia. Namun, ketertarikan Rusia bukan untuk membeli pesawat, melainkan untuk bekerjasama. "Rusia tawarkan kerjasama pengembangan N219," kata Sorjono, Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian.
Sayang, Soerjono tak memberikan perincian tawaran kerjasama Rusia itu. Ketertarikan Rusia bekerjasama di bisnis pesawat ini disampaikan Mikhail Galuzin, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, ketika berkunjung ke Kementerian Perindustrian, Jumat (23/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













