Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Energy Management Indonesia (PT EMI) atau dulu dikenal sebagai PT Koneba, kini mulai bangkit setelah pada 2013 lalu sempat ingin dilikuidasi. Perusahaan pelat merah yang bergerak dalam bisnis konservasi energi dan manajemen energi tersebut kini akan berekspansi membangun pabrik biocoal.
Sebagai informasi, biocoal merupakan bahan bakar alami yang diproses melalui proses pembakaran dari bahan-bahan limbah yang kering. Direktur Utama PT EMI, Aris Yunanto bilang, PT EMI tengah mengembangkan produksi biocoal di Madura dan Jawa Tengah. "Untuk yang di Madura dua bulan lagi sudah mulai produksi, sementara yang di Jawa Tengah sedang menentukan lokasi, semester I-2015 ini sudah bisa rampung," kata dia, Rabu, (28/1).
Dia menyebut, dari dua pabrik yang akan dibangun di dua wilayah itu, PT EMI memprediksi bisa menghasilkan 250 ton sampai 400 ton biocoal per bulan. "Biocoal yang diproduksi Indonesia lebih bagus kalorinya ketimbang produksi dari Thailand dan Vietnam. Artinya, kita punya potensi yang besar untuk clean coal energy," jelas dia.
Bio coal yang dihasilkan oleh PT EMI di Madura dan Jawa Tengah berkalori diatas 4.500 sampai 7.000. "Nyalanya susah, sekali nyala tidak bisa mati. Fungsinya pengganti batubara," terang dia.
Untuk merealisasikan pabrik biocoal di dua daerah itu, PT EMI menganggarkan dana investasi Rp 2 miliar dari total belanja modal tahun ini yang mencapai Rp 10 miliar. "Target pendapatan kami tahun ini Rp 23 miliar hingga Rp 50 miliar," ujar dia.
Saat ini, produksi biocoal PT EMI di nanti perusahaan asal Korea Selatan dan Jepang. Namun, ia enggan menyebutkan nama kedua perusahaan yang menjadi pembeli biocoal milik PT EMI. Meski demikian, kedua perusahaan it sudah meminta alokasi biocoal masing-masing sebanyak 100.000 ton per tahun.
Selain menggenjot produksi biocoal, tahun 2016, PT EMI akan membantu pemerintah dalam pembangunan infrastruktur. Seperti contoh, penerangan jalan tol, pelabuhan, dan airport, dengan memproduksi lampu smart light-emitting diode (LED) berkapasitas 5 watt-7 watt atau setara dengan 60 watt lampu pijar. "Harganya murah, Rp 15.000 hingga Rp 50.000 per bohlam dengan kapasitas yang berbeda," tutur dia.
Dengan harga semurah itu, PT EMI berharap mampu menyaingi perusahaan sejenis, seperti Philips dan Osram. "Karena kami lebih murah, bisa bersaing," klaim dia.
Tak hanya pembangunan untuk pemerintah. PT EMI sedang mencoba meminta izin untuk meletakan panel surya disetiap sekolah maupun kantor kelurahan lampu yang dinyalakan di sana tidak memakai listrik dari PLN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News