Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) mulai menjajaki pasar baru untuk ekspor produk tembakau. Selain mempertahankan suplai ekspor ke pasar terbesar selama ini, PTPN X juga mulai menjajaki pasar China.
Sekretaris Perusahaan PTPN X, M Cholidi menjelaskan, Pemerintah dan publik China relatif terbuka terhadap fancy product seperti tembakau dari negara lain.
”Pangsa pasar penggemar cerutu di China terus membesar. Penggemar cerutu mulai tumbuh dan tentunya membutuhkan tembakau yang berkualitas tinggi. Ada pula kecenderungan beralih ke cigarillos (cerutu kecil) dari sebelumnya hanya cigar (cerutu besar). Perubahan gaya hidup ini turut mendorong pengembangan pasar tembakau untuk cerutu di China,” jelas Cholidi, Kamis (25/7).
Indonesia adalah salah satu eksportir cerutu terkemuka di dunia. Indonesia mengisi 34 persen pasar (market share) tembakau cerutu dunia dengan kualitas dekblad (pembalut cerutu) dan omblad (pembungkus cerutu).
Dari 34 persen itu, 25 persen di antaranya adalah tembakau cerutu jenis Besuki Na Oogst dari Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang antara lain juga diproduksi PTPN X.
Cholidi menambahkan, selama ini pasar terbesar kami adalah Eropa dan Amerika Serikat. Sudah sejak lama, penjualan tembakau kami terhubung dengan Eropa melalui Balai Lelang di Kota Bremen, Jerman. Namun, sudah sejak beberapa tahun terakhir PTPN X bisa berhubungan langsung dengan perusahaan cerutu di Eropa tanpa melalui Balai Lelang Bremen.
Penjajakan pasar baru diharapkan bisa terus memperkuat kinerja unit tembakau salah satu pilar bisnis PTPN X selain gula dan rumah sakit.
Hingga triwulan II/2013, realisasi ekspor tembakau PTPN X sebesar 634,30 ton. Angka ini 144,4 persen di atas target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) triwulan II/2013 yang dipatok sebesar 439,24 ton. Dari penjualan itu, perseroan memperoleh pendapatan Rp 97,29 miliar, melampaui target RKAP senilai Rp 70,65 miliar.
Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan ekspor sebesar 1.685 ton dengan nilai pendapatan Rp 296,464 miliar. Total produksi kering rompos hingga akhir tahun ini diharapkan mencapai 2.530 ton.
”Kinerja bisnis tembakau kami tahun ini cukup bagus, karena banyak melampaui target-target dalam RKAP. Kami terus meningkatkan kualitas budidaya tembakau sembari terus mencari ceruk pasar baru di luar negeri,” ujar Cholidi. (Dyan Rekohadi/Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News