Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pembangunan Perumahan Tbk atau PT PP sedang harap-harap cemas. Dalam waktu dekat, perusahaan pelat merah itu akan mengetahui hasil lelang proyek Bandar Udara (bandara) Kulon Progo, Yogyakarta yang mereka ikuti.
Bandara Kulon Progo adalah proyek PT Angkasa Pura I. PT PP bersaing dengan tiga BUMN lain untuk memenangkan kontes penawaran yang digelar. Taksiran nilai investasi proyek Bandara Kulon Progo mencapai sekitar Rp 10,9 triliun.
Perinciannya, Rp 4,2 triliun dana pembebasan lahan dan Rp 6,7 triliun biaya konstruksi. Angkasa Pura I ingin, mitra bisnis pemenang tender memenuhi 70% kebutuhan investasi. Pasalnya, dalam waktu yang bersamaan mereka juga sedang mengembangkan sejumlah bandara lain.
Meskipun persaingan cukup ketat, PT PP optimistis menangkan kontes penawaran. Pertimbangannya, leverage atau daya maksimal berutang masih besar. "Plafon pinjaman untuk investasi kami saat ini sangat besar mencapai Rp 15 triliun," ungkap Agus Purbiano, Direktur Keungan PT Pembangunan Perumahan Tbk kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Israwadi, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I, menjelaskan, sejatinya penetapan mitra bisnis bandara sudah dilakukan di tingkat internal perusahaan tersebut sejak sebelum Lebaran. Namun, Angkasa Pura I masih harus menunggu persetujuan dari Kementerian BUMN.
Menurut catatan KONTAN, PT PP memiliki pengalaman mengembangkan bandara. Pada tahun 2015 silam misalnya, perusahaan berkode saham PTPP di Bursa Efek Indonesia itu memenangkan tender proyek pembangunan terminal penumpang Bandara Internasional Kertajati, Jawa barat senilai Rp 1,39 triliun. Perusahaan tersebut bermitra dengan PT Wijaya Karya (Wika) Tbk.
Bikin kilang minyak
Selain bandara, PT PP juga sedang mempersiapkan proyek kilang minyak. Ini adalah bagian dari rencana pengembangan bisnis energi melalui anak perusahaan bernama PT PP Energi. Kebetulan, PP Energi juga belum bisa berbuat banyak mengembangkan proyek pembangkit listrik. Maklum, sejumlah tender proyek dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mereka ikuti, banyak yang molor dari jadwal.
Nah menurut rencana, PT PP akan mengembangkan kilang minyak bersama dengan PT Indonesia Timur. Indonesia Timur adalah importir minyak mentah yang sedang kekurangan storage atau tempat penyimpanan minyak.
PT PP mendapatkan kontrak pembangunan kilang minyak berkapasitas 30.000 barel per hari senilai Rp 2,3 triliun. Lokasi pembangunan kilang minyak di Banteng Sulawesi Utara. Kelak, kilang minyak tersebut untuk mengolah minyak mentah yang diimpor oleh Indonesia Timur dari Nigeria.
PT PP masih dalam tahap mengkaji potensi bisnis proyek kilang. Termasuk, mengkaji kepastian suplai minyak. "Kami sudah kirim tim ke Nigeria untuk memastikan suplai dan ke Rusia untuk melihat mesinnya," terang Nugroho Agung Sanyoto, Sekretaris Perusahaan PT Pembangunan Perumahan Tbk.
Sejauh ini, PP Energi tercatat telah mengembangkan pembangkit listrik 100 megawatt (MW). Sementara proyek terbaru yang mereka dapat yakni pembangunan pembangkit listrik Muara Labo 2 x 200 MW senilai Rp 7 triliun. PP Energi memenangkan proyek itu bersama dengan PT Sumberdaya Sewatama dan konsorsium China.
Hingga Juni 2017, PT PP telah menyerap Rp 1,02 triliun dana belanja modal atau 4,86% dari total alokasi Rp 21 triliun tahun ini. Kalau perolehan kontrak baru mencapai Rp 20,1 triliun atau sekitar separuh dari total target tahun ini sebesar Rp 40,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News