Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan komitmennya mendukung ketahanan pangan nasional melalui strategi revitalisasi industri pupuk. Upaya ini ditempuh dengan memodernisasi pabrik tua dan membangun pabrik baru guna meningkatkan efisiensi produksi.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menjelaskan sebagian besar pabrik yang dimiliki perusahaan telah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga konsumsi energi menjadi tidak efisien.
Dari 15 pabrik urea yang ada, delapan di antaranya beroperasi lebih dari tiga dekade dengan rata-rata konsumsi gas mencapai 32,2 MMBTU per ton urea. Angka ini lebih tinggi dibandingkan standar global.
Baca Juga: Dirut Pupuk Indonesia Ungkap Peran Strategis dalam Jaga Ketahanan Pangan
“Rata-rata konsumsi gas untuk produksi urea di Pupuk Indonesia saat ini sekitar 28 MMBTU per ton, jauh lebih tinggi dibanding standar internasional. Karena itu revitalisasi menjadi langkah penting untuk menekan konsumsi energi,” ujar Rahmad dalam siaran pers, Jumat (26/9/2025).
Melalui revitalisasi, konsumsi gas di Pupuk Indonesia Grup ditargetkan turun menjadi 25 MMBTU per ton urea pada 2035. Efisiensi tersebut diharapkan menurunkan biaya produksi sekaligus menjaga keterjangkauan harga pupuk, baik subsidi maupun nonsubsidi, bagi petani.
Sebagai bagian dari program ini, Pupuk Indonesia tengah membangun Pabrik Pusri IIIB di bawah PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri).
Pabrik baru yang ditargetkan selesai pada 2027 itu akan menggantikan fasilitas lama sekaligus meningkatkan efisiensi konsumsi gas hingga 21,7 MMBTU per ton urea.
Peningkatan efisiensi tersebut diperkirakan mampu menghemat biaya produksi sekitar Rp 1,5 triliun per tahun.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Genjot Distribusi hingga ke Desa Lewat Koperasi Desa Merah Putih
“Dengan adanya Pusri IIIB, Pusri akan tetap menjadi perusahaan pupuk tertua, tetapi memiliki infrastruktur paling muda dan efisien,” kata Rahmad.
Rahmad menegaskan, revitalisasi industri pupuk tidak hanya penting untuk menekan biaya produksi, tetapi juga menjadi kunci dalam memastikan ketersediaan pupuk secara berkelanjutan.
“Presiden Prabowo menempatkan ketahanan pangan sebagai fundamental utama, dan kami berkomitmen untuk terus mendukung hal tersebut,” ujarnya.
Selanjutnya: Indonesia's Pertamina Offers Gasoline to Supply Shell, BP Stations
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier dan Keuangan Terbaru Besok Sabtu, 27 September 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News