kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rata-rata produksi kopi turun 25% di September


Selasa, 03 Oktober 2017 / 17:57 WIB
Rata-rata produksi kopi turun 25% di September


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pranoto Soenarto , Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengungkap hingga September 2017 terjadi penurunan produksi kopi rata-rata 25%-30%. Menurutnya hal tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu serta hama yang menyerang kebun-kebun kopi.

Dia mengungkap, beberapa daerah di Indonesia seperti Indonesia bagian timur mengalami penurunan produksi yang cukup drastis. Sayangnya, Pranoto enggan menyebutkan berapa persen penurunan produksi tersebut. Meski begitu, dia juga menyebutkan masih ada beberapa wilayah yang produksi kopinya tidak terganggu.

"Saat ini rata-rata kondisinya menurun terutama di Indonesia bagian timur. Tetapi di wilayah Indonesia barat seperti Lampung dan Jawa masih ada yang berbunga. Kondisinya masih baik-baik saja, curah hujan juga masih baik," terang Pranoto, Selasa (3/10).

Melihat masih ada beberapa wilayah di Indonesia Barat yang akan menghadapi musim panen hingga Desember, Pranoto berharap produksi kopi yang dihasilkan mampu menutupi penurunan produksi yang terjadi hingga September tahun ini.

Menurut Pranoto, saat ini rata-rata produksi kopi di Indonesia masih berkisar 600-800 kg per hektar. Meski masih ada beberapa wilayah yang bisa menghasilkan kopi lebih banyak dari jumlah tersebut.

Dia juga mengungkap sudah ada upaya dari pelaku usaha serta pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kopi, namun hasilnya baru akan terlihat pada lima tahun mendatang.

"Kalau Vietnam rata-rata produksi 2,3 ton per ha, sementara Brazil bisa sampai 8 ton per ha. Jadi produksi kita nasih jauh. Mungkin kalau perbaikan dari sekarang hasilnya baru terlihat paling tidak 5 tahun lagi. Yang saya harapkan Indonesia itu bisa memproduksi 1,2 ton sampai 1,5 ton supaya petani sejahtera," tambahnya.

Meskipun produksi masih tergolong sedikit. Namun Pranoto mengungkapkan produk kopi Indonesia khususnya arabica masih dihargai cukup mahal yakni US$ 5 hingga US$ 6 per kg.

Karena itu semakin banyak petani yang beralih menanam kopi specialty. Padahal, kopi specialty harus dipilih dari biji kopi terbaik serta memerlukan penanganan yang berbeda dari kopi biasanya.

Pranoto mengungkap, saat ini persentase kopi specialty di Indonesia berkisar 30%. 25% berasal dari kopi arabica sementara 5% berasal dari kopi robusta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×