kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi investasi energi baru terbarukan capai US$ 1,07 miliar di semester I-2021


Rabu, 28 Juli 2021 / 18:35 WIB
Realisasi investasi energi baru terbarukan capai US$ 1,07 miliar di semester I-2021
ILUSTRASI. Investasi pada energi baru terbarukan (EBT) di paruh pertama 2021 capai US$ 1,07 miliar


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasi investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) hingga semester I-2021 mencapai US$ 1,07 miliar.

Raihan ini mencapai sekitar 52,79% dari target yang ditetapkan untuk tahun ini, yang sebesar US$ 2,04 miliar.

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, capaian investasi ini berkontribusi pada upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah tantangan ekonomi global akibat pandemi Covid-19.

"Mendorong pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja nasional dan upaya pemulihan ekonomi nasional," ujar Dadan kepada Kontan.co.id, Rabu (28/7).

Mengutip data Kementerian ESDM, realisasi investasi pada peruh pertama ini ditopang oleh investasi aneka EBT mencapai US$ 590 juta. Disusul, investasi panas bumi sebesar US$ 357 juta dan bioenergi sebesar US$ 126 juta serta konservasi energi senilai US$ 6 juta.

Baca Juga: Cadangan batubara Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton

Untuk tahun ini sendiri, sektor aneka EBT dan panas bumi diharapkan jadi kontributor utama dalam meraih investasi. Investasi di sektor aneka EBT diharapkan bisa mencapai US$ 1,22 miliar dan panas bumi sebesar US$ 730 juta.

Bahkan, raihan di paruh pertama tahun ini sudah hampir mencapai raihan total investasi sepanjang tahun 2020 yang sebesar US$ 1,36 miliar.

Merujuk data yang ada maka investasi EBT mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada 2017 misalnya investasi EBT mencapai US$ 1,96 miliar, kemudian turun menjadi US$ 1,53 miliar pada 2018 dan meningkat menjadi US$ 1,71 miliar di 2019 sebelum akhirnya tergerus ke level US$ 1,36 miliar di tahun lalu.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai untuk tahun ini target investasi masih sukar tercapai. 

"Karena kondisi pandemi dan jadwal konstruksi atau penyelesaian proyek tertunda. Kami tunggu di kuartal ke-3," ungkap Fabby kepada Kontan, Rabu (28/7).

Selanjutnya: S&P pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 menjadi 3,4%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×