Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di era digital saat ini, perusahaan memiliki beragam pilihan untuk bagaimana mereka mengembangkan merek melalui media, dan mereka mencari beragam cara untuk secara akurat mengukur seberapa efektif pengeluaran iklan di media berdampak pada pertumbuhan bisnis.
Untuk membantu bisnis, Perusahaan konsultan Kantar Indonesia mengeluarkan studi yang dapat mengukur dan membantu mereka menyusun strategi pemasaran melalui iklan secara efektif.
Baca Juga: Emiten sektor ritel diprediksi akan menghadapi tahun yang sulit
Studi ini melibatkan 11.000 panel rumah tangga di Indonesia, yang mana setiap minggu pembelian mereka yang sebagian besar adalah kategori barang-barang konsumsi atau Fast Moving Consumer Goods dicatat.
Kantar juga mengamati kebiasaan para panelis ini dalam mengkonsumsi media terutama TV dan paltform digital. Gabungan dua data ini memudahkan Kantar dalam menganalisis Consumers Mix Modelling (CMM) dan mengevaluasi iklan dari sebuah merek terhadap peningkatan penjualan, serta melihat dampak iklan tersebut terhadap pembelian.
Menurut Kantar, pertumbuhan merek terasa semakin sulit untuk dicapai. Tahun 2017, merek tumbuh sebesar 73%, dan di tahun 2018, hanya tumbuh sebesar 42%. Bagaimana membuat sebuah merek tumbuh secara berkelanjutan adalah tantangan besar, sebab hanya 32% merek yang tumbuh di kedua tahun tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan merek yang berkelanjutan dan mengukur secara akurat seberapa efektif biaya iklan yang dikeluarkan dalam menghasilkan pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Potret usaha mikro naik kelas, Sasirangan Bordir diharapkan ada pengembangan produk
Sebagai platform media sosial, Facebook juga turut mendorong pertumbuhan merek di tanah air. Ada peluang besar untuk menjangkau dan menarik perhatian konsumen melalui platform media sosial ini.
Lebih lanjut studi ini menemukan bahwa bagaimana secara umum iklan yang dipasang di media berkontribusi sekitar 6% pada total penjualan dalam periode waktu tertentu.
Namun dalam mengukur efektivitas sebuah iklan, kita juga perlu memperhatikan investasi yang dikeluarkan oleh merek dalam menayangkan iklan tersebut di berbagai saluran media.
Konsep ini dinamakan Return On Ads Spend (ROAS) atau sering juga disebut sebagai Return on Investment (ROI), yaitu membandingkan antara total penjualan yang dikontribusikan oleh saluran media tertentu dengan belanja iklan yang dilakukan merek tersebut.
Dari analisa Kantar dalam industri FMCG di Indonesia, Facebook memberikan ROAS yang cukup tinggi. Dalam setiap 1 rupiah yang diinvestasikan oleh sebuah merek di Facebook, secara rata-rata akan memberikan pengembalian penjualan 1.82 kali lebih besar.
Meski media sosial menjadi saluran menarik bagi perusahaan, di Indonesia, TV masih tetap menjadi platform yang kuat dengan jangkauan audiens yang sangat luas. Keduanya harus dapat saling bersinergi untuk mendorong pertumbuhan merek dan meningkatkan penjualan serta bisnis.
Baca Juga: Kemenperin siap boyong ratusan pelaku industri ke Hannover Messe 2020
Johan Pangaribuan, Expert Solution Director Kantar Indonesia menyatakan, sinergi antara TV dan Facebook sangat positif. Sinergi ini menghasilkan tambahan penjualan yang lebih besar. "Kemungkinan konsumen untuk membeli produk tertentu setelah mereka yang melihat TV dan Facebook menjadi lebih besar, yaitu 1,3x lebih besar dari estimasi," kata dia dalam siaran pers, Sabtu (9/2).
Ada analisis menarik dari sinergi antara TV dan Facebook. Studi dari Kantar menunjukkan bahwa ketika terjadi kombinasi antara TV dan Facebook, kemungkinan pembelian terhadap sebuah merek meningkat hingga 56%.
Bahkan, pada kenyataannya, kemungkinan pembelian bisa mencapai 71%. Ini artinya bahwa TV dan Facebook menghasilan sebuah simbiosis yang saling melengkapi dan bersama-sama mendorong pertumbuhan merek dan bisnis di Indonesia.
Untuk lebih memahami bagaimana bisnis para mitra Facebook dapat tumbuh, ada tiga solusi pengukuran yang ditawarkan berdasarkan studi ini.
Pertama, mengukur dan megoptimalkan bagaimana bisnis dapat menjangkau lebih banyak konsumen atau audience outcomes. Kedua, mengukur bagaimana biaya iklan yang dikeluarkan oleh bisnis dapat berdampak pada tujuan bisnis atau brand outcomes. Ketiga, mengukur bagaimana biaya iklan tersebut berdampak pada penjualan atau sales outcomes.
Marketing Science Lead Facebook di Indonesia, Adisti Latief mengatakan, facebook terus mendukung perkembangan bisnis yang mengadopsi teknologi digital untuk memberikan program dan solusi dan membantu mereka terhubung dengan para konsumen melalui cara yang lebih bermakna, yang nantinya dapat menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas.
"Salah satu solusi yang kami berikan adalah pemahaman pentingnya pengukuran biaya iklan yang dapat berdampak pada penjualan dan pertumbuhan bisnis," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News